Sabtu, 27 April 2024
Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama
 
Religi
Petuah Ramadhan DR H Ahmad Supardi
Nuzul Al-Qur’an Lahirkan Peradaban Baru

Religi - - Selasa, 26/03/2024 - 10:11:45 WIB

AL-QURAN adalah merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril dan merupakan ibadah di sisi Allah SWT bagi yang membacanya.

Alquran yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6.666 ayat, 77.439 kata, 323.015 huruf, adalah merupakan petunjuk pertama dan utama bagi ummat Islam dalam hidup dan kehidupannya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran yang artinya : Demikianalah Al-Quran yang tidak ada keraguan padanya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Qs. Al-Baqarah: 2).

Al-Quran diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadar, yaitu malam kemuliaan. Dan malam kemuliaan itulah sebenarnya yang kita peringati saat ini di mana nilainya lebih baik dari seribu bulan, atau setara dengan 83 tahun 4 bulan. Suatu hitungan waktu yang melebihi umur kelaziman seorang anak manusia.

Budaya Membaca

Pada malam Lailatul Qadar inilah Al-Quran pertama kali turun sekaligus sebagai pelantikan Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul. Ayat yang pertama kali turun tersebut adalah Surat Al- Alaq ayat 1 sampai dengan 5 yaitu:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq: 1-5).

Ayat pertama ini mengandung perintah membaca untuk mencerdaskan diri. Membaca dengan mata, membaca dengan pikiran, membaca dengan hati.

Perintah untuk mencerdaskan diri melalui iman, ilmu dan amal, harus dimulai dengan membaca. Membaca haruslah menjadi budaya bagi umat Islam, sebab perintah pertama yang dititahkan Allah Swt kepada Muhammad saw adalah perintah membaca, baik membaca yang tersurat maupun yang tersirat.

Baik membaca Kalam Allah (Ayat Qauliyah), maupun membaca alam sekitar (Ayat Kauniyah)
Iqra (Bacalah) ! Tetapi apa yang harus dibaca? Ma Aqraa? Tanya Nabi dalam suatu riwayat, Setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah mem- baca oleh Malaikat Jibril.

Pertanyaan itu tidak dija- wab, karena Allah menghendaki agar beliau dan ummatnya membaca apa saja, selama bacaan ter- sebut Bismi Rabbika, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Suatu hal yang sangat menarik adalah di dalam ayat ini kata-kata Iqra atau perintah membaca ter- dapat pengulangan.

Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali dengan mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca adalah itu-itu juga.

Mengulang-ulang membaca Al-Quran akan me- nambah wawasan baru, mensucikan jiwa, mene- rangkan bathin dan bahkan menambah pemahaman baru sekalipun yang dibaca adalah itu-itu juga, membaca alam raya secara berulang-ulang akan mambuka tabir rahasia alam semesta, menambah perkembangan ilmu pengetahuan dan bahkan menambah kesejahteraan ummat manusia.

Bacaan Lahirkan Peradaban

Sungguh perintah membaca adalah merupakan suatu warisan yang paling berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada ummat manusia, sebab perintah membaca dengan segala aneka ragamnya akan melahirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta peradaban suatu bangsa.

Kita dapat mencatat bahwa suatu peradabaan yang pernah lahir dan bertahan lama di dunia ini adalah bersumber dari sebuah kitab (bacaan) yang dibaca oleh ummat manusia.

Sebagai contoh adalah peradaban Yunani di- mulai dengan Iliad karya Hemer pada abad ke-9 Sebelum Masehi, dan berakhir dengan hadirnya kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831).

Peradaban Islam yang pernah berjaya di dunia selama 800 tahun, dibangun dengan sebuah bacaan yaitu Al-Quran. Kita semua yakin dan percaya bahwa Al-Quran tidak akan berakhir atau hilang di dunia. Sebab Al- Quran merupakan kitab suci yang dipelihara oleh Allah SWT sesuai dengan firmanNya: “Sesungguh- nya Kami yang menurunkan Al-Quran dan kami pula yang memeliharanya (Qs. Al-Hijr: 9).

Pedaban Islam yang pernah jaya selama 800 tahun di dunia, akhir-akhir ini mengalami penu- runan, bukanlah disebabkan oleh karena Al-Quran tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman atau Al-Qur’an dianggap telah ketinggalan zaman.

Akan tetapi, hal ini semata-mata disebabkan bahwa umat Islam secara intelektual tidak mampu menerjemah- kan atau menafsirkan Al-Quran sesuai dengan per- kembangan zaman: zaman modern, meomodern, maupun postmodern.

Para pakar dari semua lapisan mengakui bahwa Al-Quran adalah merupakan sumber energi luar biasa yang apabila dapat dimanfaatkan oleh ummat Islam maka akan dapat menghasilkan energi yang luar biasa yang dapat merubah perdaban ummat manusia saat ini.

Al-Quran yang selalu dibaca ummat Islam tidak pernah mengalami perubahan, tetapi sebaliknya dunia mengalami perubahan akibat Al-Quran. Zaman Jahiliyah di Jazirah Arab berubah menjadi dunia baru yang penuh dengan kemajuan, membangkitkan peradaban baru sampai ke dunia Barat yaitu Spanyol dan ke dunia Timur sampai In- dia dan Asia Tenggara.

Sikap Baru terhadap Al-Quran


Yang menjadi persoalan sekarang bagi kita adalah begitu besar andil yang telah dimainkan oleh Al-Quran dalam membangun sebuah peradaban modern, namun ummat Islam di seluruh dunia banyak yang meninggalkan atau bahkan lari dari Al-Quran. Semua kita sepakat bahwa Al-Quran adalah merupakan pedoman utama yang harus dipelajari, dihayati dan diamalkan.

Namun dalam kenyataannya sekarang ini Al- Quran dijadikan ummat Islam sesuatu barang antik yang harus disimpan di tempat yang aman agar tidak tersentuh dan dirusak orang lain.

Sebagian yang lainnya bahkan menjadikan Al-Quran sebagai  azimat yang apabila ditulis di atas kertas dan ditem- pelkan dalam tubuh manusia maka akan dapat melindungi orang yang bersangkutan.

Tidak jarang pula di antara kita yang menjadikan Al-Quran seba- gai barang hiasan yang dipajang di sudut-sudut rumah. Dan satu hal lagi yang sangat merisaukan kita adalah Al-Quran hanya dibacakan kepada or- ang-orang yang sudah meninggal.

Kenyataan tersebut di atas, seharusnya kita rubah secara radikal dengan menurunkan Al-Quran dari tempat-tempat yang aman tadi, membuka kembali ayat-ayat Al-Quran yang terbungkus sebagai azimat, menurunkan Al-Quran dari hiasan- hiasan dinding untuk selanjutnya dibaca, dipelajari, dihayati dan diamalkan isi kandungannya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, serta membaca- kan Al-Quran itu kepada orang-orang yang masih hidup dan berkeliaran di muka bumi.

Sehingga mereka-mereka itu mempunyai pegangan yang mantap dalam mengarungi kehidupannya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Wallahu a’lam. ***

_________
Penulis: Dr. H. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A.
(Kepala Biro AUAK IAIN Metro)






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved