Sabtu, 27 April 2024
Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama
 
Religi
Petuah Ramadhan DR H Ahmad Supardi
Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Modern

Religi - - Senin, 25/03/2024 - 09:34:39 WIB

SETIAP tahun ummat Islam di seluruh dunia baik di perkotaan maupun di pedesaan pada bulan Ramadhan melaksanakan peringatan Nuzulul Qur’an, memperingati atas turunnya Al-Qur’an yang jatuh pada tanggal 17 Ramadhan (bulan Februari 601 M) tiga belas tahun sebelum tarikh hijriyah dimulai.

Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan ummat Islam terhadap sumber ajaran pokoknya yaitu Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah  firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril dan merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT bagi yang membacanya.

Terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6666 ayat, 77.439 kata, 323.015 huruf, adalah merupakan petunjuk pertama dan utama bagi ummat Islam dalam hidup dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, “Demikianlah Al-Qur’an yang tidak ada keraguan padanya dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 2).

Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan, pada malam Lailatul Qadar yaitu malam kemuliaan. Dan malam kemuliaan itulah sebenarnya yang kita peringati saat ini dimana nilainya lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan yang melebihi dari umur kebiasaan seorang anak manusia.

Pada malam Lailatul Qadar inilah Al-Qur’an pertama kali turun sekaligus sebagai pelantikan Muhammad sebagai seorang Nabi dan Rasul. Ayat yang pertama kali turun tersebut adalah Surat Al- Alaq ayat 1 sampai dengan 5 yaitu:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qs. Al-Alaq: 1-5).

Ayat pertama ini mengandung perintah mem- baca untuk mencerdaskan diri dengan membaca. Membaca dengan mata, membaca dengan pikiran, membaca dengan hati. Perintah untuk mencerdas- kan diri melalui iman, ilmu dan amal.
Iqra’ (Bacalah) ! Tetapi apa yang harus dibaca ? “Ma Aqra’a” ? Tanya Nabi – dalam suatu riwayat – Setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh Malaikat Jibril.

Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau dan ummatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbika, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Suatu hal yang sangat menarik adalah di dalam ayat ini kata-kata Iqra’ atau perintah membaca terdapat pengulangan.

Hal ini memberikan isyarat kepada kita bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh kecuali dengan mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca adalah itu-itu juga.

Mengulang-ulang membaca Al-Qur’an akan menambah wawasan baru, mensucikan jiwa, menerangkan bathin dan bahkan menambah pema- haman baru sekalipun yang dibaca adalah itu-itu juga, membaca alam raya secara berulang-ulang akan mambuka tabir rahasia alam semesta, menam- bah perkembangan ilmu pengetahuan dan bahkan menambah kesejahteraan ummat manusia.

Al-Qur’an yang dibaca oleh Rasulullah SAW beserta sahabat-sahabatnya pada masanya, dan Al- Qur’an yang dibaca oleh ummat Islam sesudahnya dan bahkan sampai dengan saat sekarang ini, adalah Al-Qur’an yang itu-itu juga, yang tidak mengalami perubahan walau satu huruf sekalipun, tetapi pemahaman dan penafsiran orang terhadap Al- Qur’an itu mengalami perkembangan yang luar biasa dari zaman Rasulullah SAW sampai dengan saat ini.

Hal ini sama dengan membaca alam raya yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu kala dengan yang dilakukan oleh orang-orang zaman modern, yang dibaca tetaplah alam raya yang itu- itu juga, tetapi hasil dari pembacaan itu mengalami perkembangan yang sangat luar biasa sebagaimana yang kita saksikan pada zaman modern saat ini.

Sungguh perintah membaca adalah merupakan suatu warisan yang paling berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada ummat manusia, sebab perintah membaca dengan segala aneka ragamnya akan melahirkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta peradaban suatu bangsa.

Kita dapat mencatat bahwa suatu peradabaan yang pernah lahir dan bertahan lama di dunia ini adalah bersumber dari sebuah kitab (bacaan) yang dibaca oleh umat manusia. Sebagai contoh adalah per- adaban Yunani dimulai dengan Iliad karya Hemer pada abad ke-9 Sebelum Masehi dan berakhir dengan hadirnya kitab Perjanjian Baru.
Peradaban Eropa dimulai dengan karya Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel (1770-1831).

Peradaban Islam yang pernah berjaya di dunia selama 800 tahun di saat peradaban Barat sedang tidur nyenyak dengan apa yang disebut abad pertengahan atau abad kegelapan, dibangun dengan sebuah bacaan yaitu Al-Qur’an.

Kita semua yakin dan percaya bahwa Al-Qur’an tidak akan berakhir atau hilang di dunia sebab Al- Qur’an merupakan kitab suci yang dipelihara oleh Allah SWT sepanjang jalan, sesuai dengan firmanNya, “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al- Qur’an dan kami pula yang memeliharanya (Qs. Al- Hijr: 9).”

Pedaban Islam yang pernah jaya selama 800 tahun di dunia, akhir-akhir ini mengalami penu- runan, bukanlah disebabkan oleh karena Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau bahkan ketinggalan zaman. Akan tetapi, semata-mata disebabkan oleh keteledoran dan ketidakmampuan ummat Islam menerjemahkan dan atau menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan perkembangan zaman modern.

Para pakar dari semua lapisan mengakui bahwa Al-Qur’an adalah merupakan sumber energi luar biasa yang apabila dapat dimanfaatkan oleh ummat Islam maka akan dapat menghasilkan energi yang luar biasa yang dapat merubah perdaban ummat manusia saat ini.

Al-Qur’an yang selalu dibaca ummat Islam tidak pernah mengalami perubahan, tetapi sebaliknya dunia mengalami perubahan akibat Al-Qur’an. Zaman Jahiliyah di Jazirah Arab berubah menjadi dunia baru yang penuh dengan kemajuan, mem bangkitkan peradaban baru sampai ke dunia Barat yaitu Spanyol dan ke dunia Timur sampai India dan Asia Tenggara.

Oleh karena itulah sangat tepat pernyataan yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemajuan yang dicapai oleh Dunia Barat saat ini tidak terlepas dari andil dunia Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, sebab para pemikir dunia Barat sebelumnya banyak belajar daru dunia Islam dan bahkan mengangkut buku-buku yang ada di dunia Islam untuk selan- jutnya dipelajari di dunia Barat.

Persoalan sekarang bagi kita adalah begitu besar andil yang telah dimainkan oleh Al-Qur’an dalam membangun sebuah peradaban modern, namun ummat Islam di seluruh dunia banyak yang me- ninggalkan atau bahkan lari dari Al-Qur’an.

Semua kita sepakat bahwa Al-Qur’an adalah pedoman utama yang harus dipelajari, dihayati dan diamal- kan. Namun dalam kenyataannya sekarang ini Al- Qur’an dijadikan ummat Islam sesuatu barang antik yang harus disimpan di tempat yang aman agar tidak tersentuh dan dirusakkan oleh orang lain.

Sebagian yang lainnya bahkan menjadikan Al- Qur’an sebagai azimat yang apabila ditulis di atas kertas dan ditempelkan dalam tubuh manusia maka akan dapat melindungi orang yang bersangkutan. Tidak jarang pula di antara kita yang menjadikan Al-Qur’an sebagai barang hiasan yang dipajang di sudut-sudut rumah.

Satu hal lagi yang sangat meri saukan kita adalah Al-Qur’an hanya dibacakan ke- pada orang-orang yang sudah meninggal dunial. Kenyataan tersebut di atas, seharusnya kita ubah secara radikal dengan menurunkan Al-Qur’an dari tempat-tempat yang aman tadi.

Membuka kembali ayat-ayat Al-Qur’an yang terbungkus sebagai azimat, menurunkan Al-Qur’an dari hiasan-hiasan dinding untuk selanjutnya dibaca, dipelajari, di- hayati dan diamalkan isi kandungannya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, serta membacakan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang masih hidup dan berkeliaran di muka bumi, sehingga mereka–mereka itu mempunyai pegangan yang mantap dalam mengarungi kehidupannya sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi.

Dengan demikian maka kejayaan Islam yang bersumber dari Al-Qur’an yang kemudian melahir- kan ilmu pengetahuan dan teknologi dan selan- jutnya membentuk sebuah peradaban modern yang religious, dapat diraih kembali sebagaimana telah diraih oleh para pendahulu kita sesuai dengan realitas sejarah Islam yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun.

Al-Qur’an sebagai “kitab moral” dalam membimbing kehidupan manusia ke arah yang dikehendaki-Nya, selalu dijaga keotentik- annya sejak awal kehidupan Rasulullah saw, sam- pai tampil “ijtihad” Umar ibn Khaththab untuk men- dorong Abu Bakar Ash-Shiddiq mengumpulkan kemudian di belakang hari dibukukan di zaman Utsman ibn Affan dalam bentuk mushaf seperti kita kenal dewasa ini sebagai Mushaf Utsmani.

Di sini, nilai keontentikan Al-Qur’an, sebagai- mana diakui oleh para ahli Timur maupun Barat, dibandingkan dengan Kitab Suci agama lainnya, sangat tinggi. Oleh karena itu, bagi umat Islam, tidak ada kata lain kecuali mengamalkan isi kandungan al-Qur’an dengan sikap istiqamah. Semoga!
Wallahu a’lam.

_________
Penulis: Dr. H. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A.
(Kepala Biro AUAK IAIN Metro)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved