Suhu Terasa Panas Akhir-akhir Ini? Ini Penjelasan BMKG
Daerah - - Kamis, 23/04/2020 - 11:54:17 WIB
SULUHRIAU- Akhir-akhir ini, apakah Anda merasakan suhu tengah memanas dan cenderung gerah, khususnya di siang hari?.
Badan Meteorogogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait fenomena tersebut.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, jika suhu panas umumnya disebabkan oleh suhu udara yang tinggi dan disertai oleh kelembaban udara yang rendah, terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan.
Sesuai dengan prediksi BMKG, jika pada bulan-bulan ini beberapa wilayah Indonesia mengalami berkurangnya tutupan awan akibat sedang berada pada masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
"Secara klimatologis, bulan April-Mei-Juni memang tercatat sebagai bulan di mana suhu maksimum mengalami puncaknya di Jakarta. Pola tersebut mirip dengan pola suhu maksimum di Surabaya, sementara di Semarang dan Jogjakarta pola suhu maksimum akan terus naik secara gradual pada bulan April dan mencapai puncaknya pada bulan September hingga Oktober," kata Herizal dalam keterangan tertulis yang diterima Kamis (23/4/2020).
Meski BMKG menyatakan tingginya suhu maksimum akhir-akhir ini tidak dapat dikatakan secara langsung akibat perubahan iklim, namun BMKG memiliki catatan khusus terkait hal itu. Dalam analisis perubahan iklim oleh peneliti BMKG, disebutkan jika tren suhu maksimum di Jakarta telah meningkat signifikan sebesar 2,12°C per 100 tahun.
"Demikian pula yang tercatat pada lebih dari 80 stasiun BMKG untuk pengamatan suhu udara di Indonesia dalam periode 30 tahun terakhir," ujar Herizal.
BMKG menyebutkan jika tren suhu udara yang terus meningkat tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga banyak tempat di dunia.
Lebih lanjut, BMKG juga menjelaskan jika tren pemanasan suhu udara permukaan juga diikuti oleh tren pemanasan di lautan. Secara umum, BMKG menyebutkan suhu permukaan laut terhangat secara global terpantau terjadi dalam periode 6 tahun terakhir.
"Terus menghangatnya suhu udara permukaan dan suhu permukaan laut secara global serta kontras antar keduanya dapat memicu perubahan dinamika cuaca dan iklim di suatu wilayah, serta dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem ataupun badai tropis," ujar Herizal. (dtc,jan)