Selasa, 07 Mei 2024
Transaksi Bazar UMKM BBI/BBWI Riau 2024 Catatkan Rp3,08 Miliar | Bawaslu Riau Serahkan Berkas Keterangan dan Alat Bukti ke MK untuk Hadapi Sidang PHPU | Jadi Narasumber Seminar Jihad di Malaysia, Rektor Umri Sampaikan Jihad Menghadapi Perang Pemikiran | Warnai Pilgubri 2024, Abdul Wahid Mendaftar ke PDIP | Gelar Silaturahmi, M Yasir: Pj Walikota Sangat Support KONI Pekanbaru | Truk Angkut Kayu Alami Patah As, Lalin Jl HR Soebrantas Sempat Macet Panjang
 
Sosial Budaya
Presiden yang Ditakuti Gembong Narkoba Menghilang

Sosial Budaya - - Kamis, 14/11/2019 - 11:53:53 WIB

SULUHRIAU- Presiden Filipina yang ditakuti gembong narkoba, Rodrigo Duterte, menghilang. Ia tidak akan memiliki jadwal resmi mulai 12 November hingga 15 November 2019, dan sebagian besar akan tinggal di rumahnya di Kota Davao, Filipina Selatan.

"Presiden memutuskan untuk mengambil jeda dari jadwalnya yang padat. Tapi dia tidak mengambil cuti resmi," kata Juru Bicara Kepresidenan Salvador Panelo, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Kamis, (14/11/2019).

Presiden berusia 74 tahun ini diketahui menjalani pemeriksaan medis, termasuk endoskopi, pada pekan lalu karena merasakan sakit yang luar biasa di tulang belakangnya.

Sakit tulang belakang yang dirasakan Duterte muncul setelah dia mengalami kecelakaan sepeda motor di Istana Malacanang bulan lalu.

Namun, dokter Istana Kepresidenan mengaku Duterte hanya mengalami kejang otot dan menyarankannya untuk mengurangi aktivitas.

Keluhan itu pula yang menjadi penyebab presiden pembantai gembong narkoba tersebut mempersingkat kunjungan resminya ke Jepang saat menghadiri penobatan Kaisar Naruhito pada 22 Oktober 2019.
Duterte akan memulai aktivitas akhir pekan ini dengan mengunjungi Provinsi Cotabato Utara, wilayah yang diguncang beberapa kali gempa bumi bulan lalu. Selain itu Duterte akan menghadiri agenda yang padat di pekan depan.

Rumor tentang kesehatannya telah merundung Duterte sejak dirinya menjadi Presiden Filipina ke-16 menggantikan Benigno Aquino III pada 30 Juni 2016.

Sejumlah pengamat telah menyerukan pemerintahannya untuk mengeluarkan buletin medis reguler terkait hal ini, tetapi dirinya bersikeras bahwa tindakan itu tidak perlu.

Tahun lalu, presiden pembantai gembong narkoba itu dikhawatirkan menderita kanker setelah dokter menemukan pertumbuhan di saluran pencernaannya, tetapi tes kanker menunjukkan hasil negatif.

Editor: Jandri
Sumber: Deutsche Welle, Viva.co.id






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved