Senin, 29 April 2024
Maju Sebagai Calon Bupati Inhil, Julak Aqil Mendaftar ke Demokrat | Dari Diskusi "Publisher Rights" SMSI, Diskominfotik Riau Dukung Jurnalisme Berkualitas | KPU Riau Perkuat Kapasitas Integritas Penyelenggara Menuju Pilkada Demokratis dan Berkualitas | Asah Kemampuan Personil, Polres Kampar Gelar Latihan Menembak | Wakil Ketua DP Partai Gerindra Minta SMSI Jaga Bahasa Indonesia | Pembukaan Gebyar Gernas BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Bakal Dihadiri Sejumlah Menteri
 
Ekbis
BI Riau Gelar Seminar, Dosen Ekonomi UGM: Fundamental Ekonomi Indoensia Kuat

Ekbis - - Rabu, 12/09/2018 - 16:46:20 WIB

SULUHRIAU, Pekanbaru- Fundamental ekonomi Indoneisa dinilai kuat di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Berbeda dengan sejumlah negara yang juga mengalami penurunan nilai mata uang. Sehingga bukan sesuatu yang perlu ditakutkan bahkan jauh dari krisis ekonomi seperti terjadi tahun 1998.

Hal itu dikatakan Muhammad Edhie Purnawan, Dosen Faklutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang juga anggota badan supervisi Bank Indonesia (BI) di Pekanbaru.

Edhie Purnawan datang ke Pekanbaru dalam rangka seminar economic update and challenges ayng membahas perkembangan ekonomi dan keuangan terkini serta kebijakan  BI dalam menghadapi perkembangan nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi nasional.


Edhie mengatakan, sebaiknya masyarakat tidak berpikir negatif, karena pemerintah siap menghadapi penurunan rupiah.

Bahkan dia mengajak publik melihat kembali krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 sampai periode sekarang ini, secara historism, bukan pertama kali neraca transaksi berjalan mengalami defisit, 2013, current account defisit minus 4,24 persen di triwulan kedua mengakibatkan neraca primer mengalami defisit besar.

Dibandingkan tahun 2013, neraca berjalan tahun ini mencapai minus 3,04 persen dan bukan sebuah krisis,  karena terjadi arus modal masuk atau capital inflow.

 
Saat ini kata Edhie yang harus diwaspadai adalah iklim global yang penuh ketidak kepastian yang dikhawatirkan memicu capital outflow.

Kondisi ketidakpastian global memicu terjadinya krisis menjadi lebih berat sebagaimana terjadi di Argentina dan Turki. [rri,slt]





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved