Minggu, 05 Mei 2024
Sakit Hati Tak Beri Tahu Jual Tanah Orangtua, Adik Bacok Leher Abang Kandung dengan Parang | Genre Natuna Terbaik di Kepri, Wan Siswandi: Saya akan Terus Dukung Putra-putri Daerah Berprestasi | Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan | DPD PKS Pekanbaru Rekomendasikan DR Muhammad Ikhsan Balon Walikota ke DPP | KPU Riau Siap Mutakhirkan 4.854.034 DP4 untuk Pilkada 2024 | Keji, Suami Pelaku Mutilasi Istri Sempat Tawarkan Daging Korban ke Ketua RT
 
Pendidikan
Siswa SMP Bunuh Diri karena Sistem Zonasi, Ini Kata Mendikbud

Pendidikan - - Rabu, 30/05/2018 - 22:47:17 WIB

SULUHRIAU- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan alasan pelajar SMP di Blitar bunuh diri tak hanya karena sistem zonasi sekolah.

Muhadjir mengaku telah menelepon Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar untuk mengecek kejadian itu.

"Saya sudah menghubungi Kepala Dinas Kota Blitar. Sudah saya mintai keterangan yang cukup tentang kasus itu. Tentu saja berdasarkan keterangan Kepala Dinas, kasusnya tidak tunggal seperti itu. Jadi ada beberapa masalah yang menyertai sehingga kejadian itu terjadi," kata Muhadjir di Gedung A, kantor Kemendikbud, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (30/5/2018).

Meski begitu, Muhadjir tak menampik ketakutan tak diterima di SMAN 1 Blitar, menjadi salah satu faktor pemicu EP mengakhiri hidupnya. Terkait hal itu, Muhadjir menyebut EP kurang mendapatkan informasi mengenai sistem zonasi.

"Memang salah satunya faktor dia tidak akan bisa masuk di sekolah yang menjadi cita-cita yang bersangkutan. Tapi itu sebenarnya juga kurangnya informasi yang diperolah yang bersangkutan, baik dari pihak sekolah maupun pihak keluarga," terang Muhadjir.

"Sebetulnya mengingat yang bersangkutan walapun siswa dari luar zona, tetapi dia SMP-nya di SMP wilayah zona itu. Dalam peraturan menteri yang dikeluarkan Dirjen Dikdasmen, itukan zonasi itu masih diberi celah. Dari luar zonasi masih bisa masuk sekitar 10 persen. Sebetulnya kalau dia tahu berita, info yang lengkap, saya kira tidak akan sampai terjadi seperti itu," sambungnya.

Muhadjir enggak menerangkan rinci masalah apa saja yang membuat EP nekat bunuh diri. Namun, dia menyoroti jika EP selama ini hidup terpisah dari keluarganya, dan tinggal di indekos.

"Ada beberapa masalah yang menyertai. Anak ini tidak tinggal dengan orang tuanya. Dia kost. Dia selama sekolah, kost. Bayangkan anak SMP sudah pisah dengan orang tua. Tapi saya tidak mau masuk ke masalah itunya," jelasnya.

Muhadjir pun kembali menyayangkan keterbatasan pengetahuan EP tentang sistem zonasi. Apalagi berdasarkan info Kepala Dinas Kota Blitar, menuturkan EP adalah siswa berprestasi dan peserta olimpiade.

"Intinya sebeulnya jika yang bersangkutan mendapat informasi yang cukup, dia tidak akan sampai itu. Karena anak ini prestasinya bagus dan ikut olimpiade. Itu cukup jadi dasar kalau yang bersangkutan diterima di sekolah yang ada di zona itu," tutur Muhadjir.

Berkaca dari kasus ini, Muhadjir berharap pihak sekolah dan orang tua benar-benar memberikan bimbingan dengan baik kepada anak-anak. Muhadjir menegaskan jangan sampai anak mengambil keputusan sendiri atas masa depannya.

"Untuk siswa SMP dan SD, saya mohon bimbingan dari sekolah dan dari orang tua harus betul-betul berjalan dengan baik. Jangan biarkan anak mengambil keputusan sendiri tanpa bimbingan, arahan dari sekolah dan orang tua," ucap dia.

"Termasuk penjelasan tentang sistem zonasi, kebijakan baru bahwa nanti ke depan tidak ada skolah favorit dan bukan favorit. Ke depan semua harus jadi sekolah favorit. Dalam waktu tidak lama ini akan dilakukan pemerataan, semua sekolah menjadi favorit," pungkasnya.

Sumber: detik.com | Editor : Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved