Selasa, 07 Mei 2024
Transaksi Bazar UMKM BBI/BBWI Riau 2024 Catatkan Rp3,08 Miliar | Bawaslu Riau Serahkan Berkas Keterangan dan Alat Bukti ke MK untuk Hadapi Sidang PHPU | Jadi Narasumber Seminar Jihad di Malaysia, Rektor Umri Sampaikan Jihad Menghadapi Perang Pemikiran | Warnai Pilgubri 2024, Abdul Wahid Mendaftar ke PDIP | Gelar Silaturahmi, M Yasir: Pj Walikota Sangat Support KONI Pekanbaru | Truk Angkut Kayu Alami Patah As, Lalin Jl HR Soebrantas Sempat Macet Panjang
 
Kesehatan
Kemenkes Sebut Tiup Terompet Berpotensi Tularkan Difteri

Kesehatan - - Jumat, 29/12/2017 - 06:40:58 WIB

SULUHRIAU- Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa penggunaan terompet yang secara bergantian berpotensi terjadinya penularan penyakit difteri.

Penggunaan terompet biasanya dilakukan pada malam Tahun Baru, untuk memeriahkan acara tersebut.

Hal tersebut disampaikan Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Elizabeth Jane Soepardi kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (28/12/2017).

"Bisa menular kalau ditiup bergantian, tutur Elizabeth.

Elizabeth mengatakan penularan penyakit difteri biasanya terjadi melalui percikan ludah. Oleh karena itu, penularan difteri melalui terompet dimungkinkan terjadi, karena percikan ludah dapat keluar saat seseorang meniup terompet.

Namun, Elizabeth menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu takut bergantian meniup terompet apabila telah diimunisasi. Elizabeth yakin mereka yang telah diimunisasi akan kebal terhadap penyakit difteri dari berbagai pola penularan.

“Yang penting semua diimunisasi jadi kebal terhadap infeksi difteri. Jadi bebas tiup terompet," ucap Elizabeth.

Elizabeth lalu mengimbau kepada masyarakat agar mengikuti imunisasi difteri. Tentu agar kebal terhadap penyakit tersebut. Imunisasi dinilai akan menghilangkan segala kekhawatiran terhadap penularan penyakit difteri.

Penyebab Kematian

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan bahwa difteri adalah penyakit infeksi akibat bakteri Corynebacterium diptheriae dan memiliki masa inkubasi dua sampai lima hari. Akibat terburuk dari difteri adalah menyebabkan kematian.

"Gejalanya, anak ini demam tidak terlalu tinggi, 38 derajat. Tapi ada timbul selaput di kerongkongan, di laring yang menyebabkan kerongkongan kita tertutup dan tidak bisa napas," kata Nila.

Nila mengatakan telah menyiapkan 3,5 juta vial (botol) vaksin difteri. Jumlah tersebut dinilai cukup karena satu vial vaksin dapat digunakan 8-10 orang.

Walaupun demikian, Nila mengatakan Kemenkes sudah meminta PT Bio Farma untuk meningkatkan produksi vaksin difteri pada 2018. PT Bio Farma sendiri merupakan produsen vaksin terbesar keempat di Indonesia.

Sumber: CNNIndonesia.com | Editor: Jandri






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved