Jum'at, 29 Maret 2024
Viral Tapir Masuk ke Wilayah Perumahan Family Residence, BBKSDA Riau Lakukan Pemantauan | PHR Kembali Gelar Lomba Karya Jurnalistik PENA untuk Wartawan Riau | Mesjid Taqwa Muhammadiyah Tuah Madani Gelar Shalat Jumat Perdana | Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres
 
Religi
Opini
Menanti Langkah Dakwah Ittihadul Muballighin Riau

Religi - - Minggu, 20/11/2022 - 10:57:27 WIB

DEWAN Pimpinan Wilayah (DPW) Ittihadul Muballighin Provinsi Riau, masa Bakti 2022-2027 secara Resmi Dilantik oleh Wakil Gubernur Riau H. Edy Natar Nasution, pada hari Sabtu 12 November 2022  di Pondok Pesantren Ma’had Aly Munawarah Pekanbaru.

Banyak harapan yang digantungkan pada pengurus yang baru dilantik, mengambil peran yang berbeda dikancah ladang dakwah di Propinsi Riau, ditengah banyaknya Lembaga dakwah serupa yang jauh berbuat, mampukah pengurus melakukan Langkah kuda sebagai pembeda.

Sejarah Berdirinya

Pada tanggal 27 Ramadhan 1398 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 1978, HTMI (Hai’ah Ta’miril Masajid Indonesia) yang merupakan Badan Otonom PBNU yang diketuai oleh KH. Achmad Sjaichu,  mengadakan penataran muballigh di Pondok Pesantren At-Thahiriyah, Jakarta Selatan, yang diikuti sekitar 100 orang peserta. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, dan  ada yang datang dari Singapura.

Dalam pidato pengarahannya, KH. Achmad Sjaichu menegaskan pentingnya pembinaan muballigh secara intensif, dan pentingnya organisasi yang menaungi para muballligh.

Di akhir pertemuan, para muballigh yang hadir menyepakati dibentuknya sebuah lembaga dakwah independen yang diberi nama Ittihadul Muballighin (Persatuan para Muballigh). H. Achmad Sjaichu secara aklamasi ditunjuk sebagai pemimpinnya.

Berdasarkan Akte Notaris DR.H.E. Gewang, SH, tanggal 10 Maret 1998 Nomor : 2, Badan Pendiri Ittihad tinggal 3(tiga) orang, yaitu : KH. Usman Abidin; KH. Syukron Ma’mun dan Habib Syech Al-Jufri.

Melalui Ittihadul Muballighin, H. Achmad Sjaichu bisa menyalurkan dua aspek sekaligus. Pertama, kebiasaan dan tradisi hidup dalam tatanan organisasi.

Kedua, merealisasikan idenya untuk meningkatkan kualitas hidup ummat melalui kegiatan dakwah. Aspek yang terakhir ini merupakan obsesi lama yang tertunda oleh berbagai kesibukan politik H. Achmad Sjaichu.

Dunia dakwah bukan dunia baru sama sekali bagi H. Achmad Sjaichu. Kegiatan di OIAA (Organisasi Islam Asia Afrika) dan aktivitas dalam organisasi internasional sebetulnya juga merupakan implementasi kegiatan dakwah, meskipun dalam skala makro dan tidak bersifat praktis, terlebih ketika di Nahdlatul Ulama (NU).

Berbekal pengalaman organisasi selama di DPRGR, OIAA, maupun di NU, H. Achmad Sjaichu tidak mengalami kesulitan mengelola Ittihadul Muballighin. Beliau mendapat dukungan penuh dari kawan-kawannya yang berprofesi sebagai da’i untuk memimpin selama tiga periode.

Visi dan Misi

Adapun Visi yang diusung adalah Terlaksananya ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Sedangkan Misi yang hendak dicapai Terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT, sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang berfalsafah Pancasila.

Program

Berdirinya Ittihad didasari dengan kesadaran bahwa harus ada usaha dan upaya untuk melanjutkan tongkat estafed perjuangan para ulama terdahulu yang mengembangkan ajaran Islam di persada ini, dan turut serta memperjuangkan dan membebaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah, dan diteruskan dengan mengisi kemerdekaan melalui kegiatan-kegiatan pembangunan akhlaq dan moral bangsa.

Ajaran Islam yang bersifat universal, sesuai dengan segala tempat dan zaman dari dahulu, sekarang, dan dimasa yang akan datang, dan mendambakan kehidupan dunia dan akhirat yang hakiki, maka syi’ar dan kelestariannya harus didukung dan diperjuangkan oleh kaum muslimin, terutama melalui para insan da’wahnya.

Menyadari hal tersebut diatas, para pendiri Ittihad mendorong kiprah Ittihad untuk berbuat nyata, sebagai sumbangsih dan bukti kepedulian Ittihad terhadap pembangunan bangsa secara utuh.

Seiring dengan perjalanan waktu, Ittihadul Muballighin terus menyebar di wilayah Nusantara dengan kepengurusan tingkat Provinsi di 25 Provinsi dan tingkat  Kabupaten dan Kota di 175 Kabupaten/Kota. KH. Achmad Sjaichu menjabat sebagai Ketua Umum Mttihadul Muballighin dari tahun 1978 s/d 1996. Selanjutnya sampai saat ini Ketua Umum dijabat oleh KH. Syukron Ma’mun.

Kiprah di Riau

Ittihadul Muballighin sudah berdiri sejak lama di Propinsi Riau, adalah Buya Ma’rifat Marjani tokoh pergerakan dan anggota Parlemen Konstituante pertama dari Sumatera Tengah yang kemudian menjadi propinsi Riau, Jambi dan Kepri.

Beliaulah pendiri dan ketua Ittihadul muballighin pertama di Propinsi Riau, sedangkan pengurus priode 2022-2027 adalah hasil Musyawarah Wilayah ke 5, dengan ketua terpilih Ustadz Ayub Nahar, S, Ag.

Pasang surut perjuangan sebagai organisasi dakwah sudah dialami oleh pengurus yang silih berganti, saat ini perngurus baru sudah dikukuhkan, mampukah pengurus kembali mengharumkan nama pendirinya Buya Ma’rifat Marjani dengan melakukan kegiatan dakwah yang bisa jadi pembeda dari organisasi-organisasi dakwah yang sudah ada, seperti DMI, IKMI, IKADI dan LDII.

Program yang mencerahkan, menyatukan antara cinta dan berjuang untuk tegaknya ajaran agama, menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari cinta dan perjuangan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Ka, rena kalau hanya dakwah mengusung fanitesme ajaran agama, dan mengabaikan cinta tanah air, maka itu juga sia-sia, karena saat negara kacau apalagi terjadi perang saudara, tentunya dakwah tidak bisa dilakukan.

Begitupun sebakliknya, dakwah yang menggabaikan ajaran agama dan mengutamakan cinta tanah air saja, berakibat rapuhnya keyakinan dan ketauhidan, mudah terombang ambing oleh berbagai macam fajam yang akan membawa kesesatan dan ujung menghancurkan kehidupan Beragama, berbangsa dan bernegara.

Mari satukan Langkah dakwah Cinta Ajaran Agama dan Cinta Tanah Air menjadi perjuangan Bersama untuk semua lembaga dakwah yang ada di NKRI tercinta. Jangan ada yang merasa paling benar dan menyalahkan kelompok lain.

Penulis adalah Abdul Wahid, Kasubag TU Kemenag Pekanbaru yang juga Anggota Dewan Pakar DPW. (Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis).





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved