Jum'at, 26 April 2024
Polisi Gerebek Bandar Narkoba Kampung Dalam, Ada yang Mencebur ke Sungai dan Satu Orang Diamankan | Ketua LPTQ: Pekanbaru Berpeluang Besar Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau | Tak Kantongi Izin, Disperindag Pekanbaru Segel Dua Gudang di Komplek Pergudangan Avian | laku Pencabul Bocah Hingga Hamil dan Melahirkan Ditangkap Polsek Siak Hulu | Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024
 
Internasional
Denmark Negara Pertama Hentikan Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Internasional - - Jumat, 16/04/2021 - 09:01:50 WIB

SULUHRIAU- Denmark menjadi negara pertama yang memutuskan untuk tidak lagi menggunakan vaksin AstraZeneca dari program vaksinasi Covid-19, meski sudah ada jaminan internasional bahwa manfaat vaksin ini lebih besar dari potensi risiko yang ditimbulkan.

Keputusan itu diperkirakan akan menunda program vaksinasi negara itu beberapa minggu.

Badan pengawas obat-obatan European Medicines Agency pekan lalu mengumumkan kemungkinan ada keterkaitak baksin dengan penggumpalan darah, tetapi mengatakan risiko kematian akibat Covid-19 jauh lebih besar.

Beberapa negara Eropa sebelumnya sempat menangguhkan vaksin tersebut. Sebagian besar negara di Eropa telah melanjutkan vaksinasi dengan AstraZeneca, tetapi beberapa membatasi pemberian vaksin itu untuk kelompok usia yang lebih tua.

Pada hari Selasa, AS, Kanada dan Uni Eropa menghentikan sementara vaksin Johnson & Johnson karena alasan yang sama, yakni terkait pembekuan darah. Afrika Selatan juga menghentikan penggunaannya, meskipun Johnson & Johnson menjadi vaksin pilihan utama negara itu karena keefektifannya terhadap varian Afrika Selatan.

Untuk AstraZeneca dan Johnson & Johnson, efek samping pembekuan darah sangat jarang terjadi.

Mengapa Denmark menghentikan vaksin AZ?

Pejabat Denmark mengatakan bahwa sebanyak 2,4 juta dosis vaksin AstraZeneca akan ditarik sampai pemberitahuan lebih lanjut. Otoritas Kesehatan Denmark mengatakan penelitian telah menunjukkan frekuensi pembekuan darah yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, yakni mempengaruhi sekitar satu dari 40.000 orang.

Sebelumnya, terjadi dua kasus trombosis di Denmark yang dikaitkan dengan vaksinasi, sebagaimana dilaporkan AFP. Salah satu kasus terjadi pada seorang wanita berusia 60 tahun, yang berakibat fatal.

Direktur Jenderal Soren Brostrom mengatakan itu adalah "keputusan yang sulit" tetapi Denmark memiliki vaksin lain yang tersedia dan epidemi di negara itu saat ini terkendali. "Kelompok sasaran vaksinasi yang akan datang lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi sakit parah akibat Covid-19," katanya.

"Kita harus mempertimbangkan hal ini terkait fakta bahwa kita sekarang memiliki risiko efek samping yang parah dari vaksinasi AstraZeneca, bahkan ketika risikonya kecil secara absolut." katanya dikutip dari Okezone.com. (*)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved