Senin, 29 April 2024
Wakil Ketua DP Partai Gerindra Minta SMSI Jaga Bahasa Indonesia | Pembukaan Gebyar Gernas BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Bakal Dihadiri Sejumlah Menteri | Polisi Diadang Sekumpulan Warga Pangeran Hidayat Saat Gerebek Kampung Narkoba | UMRI Puncaki Proposal Lolos Terbanyak Program P2MW Kemendikbudristek Tahun 2024 | Mandi di Sungai Desa Kualu Nenas, Bocah 9 Tahun Tenggelam dan Ditemukan Meninggal | HUT ke-78 TNI AU, Ribuan Warga Antusias Saksikan Berbagai Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbar
 
Religi
Petuah Ramadhan DR H Ahmad Supardi
Kenapa Umat Islam Mesti Kaya?

Religi - - Sabtu, 30/03/2024 - 09:15:31 WIB

BAGI seorang muslim, kekayaan sangatlah penting sebab dengan kekayaan, seseorang dapat melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik dan sungguh-sungguh.

Dengan kekayaan, seseorang dapat melaksanakan ibadah haji ke baitullah, dapat membayar zakat, berwakaf, bersedekah, membangun masjid, membangun madrasah, menyeko- lahkan anak ke perguruan tinggi ternama, memberi beasiswa kepada anak-anak fakir miskin yang pintar, melakukan riset ilmiah, membiayai pelak- sanaan dakwah islamiyah, menerbitkan buku-buku keislaman, menolong orang lain yang kesusahan, dan melakukan ibadah apa saja, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kekayaan dapat mengangkat citra dan harga diri umat Islam sebab bagaimana mungkin citra dan harga diri umat Islam meningkat, jika untuk mem- bangun masjid saja harus meminta-minta di pinggir jalan. Untuk membangun pondok pesantren dan panti asuhan anak-anak yatim, harus meminta- minta kesana kemari.

Untuk melakukan dakwah islamiyah, harus menjual ayat dan alhadits dengan harga murah sesuai dengan pesanan si pengundang. Untuk berdakwah ke daerah terpencil, suku terasing, daerah yang belum tersentuh oleh dakwah islamiyah, tidak dapat dilakukan dengan alasan tidak ada dana.

Perintah Kerja Keras Islam adalah agama yang berperan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk melaksanakan perannya tersebut, Islam banyak mengajarkan dan bahkan memerintahkan umatnya untuk bekerja keras sebab bekerja keras adalah salah satu syarat untuk ter- capainya kebahagiaan di dunia dan bahkan ke- bahagiaan di akhirat.

Di dalam Al-Qur’an dan juga di dalam Al-Hadits, banyak sekali perintah-perintah untuk mengerjakan amal sholeh yang diistilahkan dengan ’amilushsholihat, yaitu seluruh pekerjaan baik, yang bermanfaat bagi diri seseorang, bagi keluarga, bangsa, dan negaranya. Kerja keras adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebu- tuhan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Setiap orang wajib bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan rohani berupa ke- butuhan beribadah, mendapatkan ilmu penge- tahuan dan menerima nasehat.

Kebutuhan jasmani dan rohani tersebut akan dapat terpenuhi dengan catatan yang bersangkutan mau bekerja keras. Sebab Allah SWT telah mencip- takan segala kebutuhan umat manusia di dunia ini, tanpa kurang sedikitpun.

Tergantung kepada masing-masing orang, apakah dia mau mencari dan menjemput kebutuhan itu. Jika dia mau, maka kerja keras adalah syarat utama mendapatkannya. Tanpa kerja keras atau hanya dengan berpangku tangan saja, maka mustahil kebutuhan-kebutuhan itu akan dapat terpenuhinya.

Orang yang bekerja keras atau berbuat ‘amilush- sholihat akan mendapatkan banyak manfaat, antara lain adalah: Pertama, mendapatkan pahala dari Al- lah SWT sebab bekerja keras adalah bahagian dari beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, meningkatkan kesejahteraan, baik kesejahteraan di dunia maupun kesejahteraan di akhirat. Ketiga, Mewujudkan cita- cita atau tujuan hidup, sebab Allah SWT pasti akan membantu hamba-hambanya yang bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya.

Ajaran Besar Tuntut Materi
Ajaran-ajaran besar dalam Islam menuntut penggunaan materi, sebab taanpa materi maka mustahil ibadah-ibadah itu dapat dilaksanakan, seperti menunaikan ibadah haji ke Baitullah, berqurban, membayar zakat, berwakaf, berinfaq, bershadaqah, membantu anak yatim lagi miskin, berjihad fi sabilillah.

Membantu orang yang kesusahan, mem- bangun masjid, membangun pondok pesantren, meningkatkan kualitas madrasah, meningkatkan dakwah Islamiyah, menyiapkan para da’i yang berkualitas, menuntut ilmu pengetahuan, dan lain seba- gainya.

Kesemuanya itu menuntut adanya penggunaan materi yang memadai. Tanpa adanya materi yang berkualitas, mustahil rasanya untuk melak- sanakan dakwah secara professional, kecuali hanya serampangan saja.

Perlunya penggunaan materi untuk melaksanakan ibadah-ibadah besar ini adalah isyarat dari Allah, Swt agar umat Islam menjadi orang kaya, sebab tanpa adanya kekayaan maka ibadah-ibadah ter- sebut tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itulah, menjadi orang kaya itu sebuah keniscayaan.

Untuk dapat menjadi orang kaya, diperlukan kerja keras, berfikir cerdas, dan bertindak tegas, sehingga apa yang dicita-citakan dapat terpenuhi. Satu hal yang pasti bahwa Allah SWT akan membantu hamba-Nya untuk mendapatkan kekayaan tersebut, asalkan hamba-Nya mau bekerja keras. Kerja keras adlah jaminan bagi seseorang untuk memeroleh anugerah dari Allah berupa limpahan rizki duniawi yang tiada terbandingkan.

Hal inilah yang tergambar dari firman Allah: ”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (Qs. Huud: 15).

Memang sebahagian dari ajaran-ajaran Islam itu, ada yang tidak memerlukan materi kecuali hanya sedikit dan bahkan ada yang tidak memer- lukan sama sekali, namun sebahagian di antaranya sangat memerlukan materi sebagaimana disebut- kan di atas. Ajaran atau ibadah yang tidak memer- lukan materi, antara lain adalah syahadat yaitu ber- saksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muham- mad adalah utusan Allah.

Bersyahadat memang tidak membayar dan tidak memerlukan uang, namun untuk sampai pada kesadaran, pemahaman, dan pengamalan tertinggi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah, memerlukan pencaraian intelektual melalui kesadaran ilmu pengetahuan, penelitian, pemahaman, dan pengamalan yang dalam proses- nya memerlukan dana yang relatif besar.

Melaksanakan  ibadah  sholat  memang  tidak perlu biaya besar, namun sekedar biaya tetap diper- lukan seperti untuk membeli pakaian penutup aurat. Shalat tanpa menutup aurat tidaklah sah sholatnya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sholat saja diperlukan materi.

Begitu juga berzikir kepada Allah SWT tidak diperlukan biaya, tetapi biaya akan muncul manakala kita mau melak- sanakan zikir itu dalam waktu yang relatif lama. Selain biaya untuk orang yang berzikir, juga diper- lukan biaya bagi keluarga orang yang berzikir ter- sebut. Tentu suatu kesalahan besar yang dilakukan seseorang, ketika dia berzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah Swt.

Namun, pada waktu yang ber- samaan, keluarganya, anak dan istrinya, meminta- minta kepada orang lain untuk sekedar kebutuhan sesuap nasi dan seteguk air sebagai penyambung hidup mereka. Ini jelas ironis bagi kehidupan se- orang Muslim. Mudah-mudahan kita terjauh dari ironi seperti itu. Wallahu a’lam. ***

_________
Penulis: Dr. H. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A.
(Kepala Biro AUAK IAIN Metro)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved