Sabtu, 27 April 2024
Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama
 
Religi
Petuah Ramadhan DR H Ahmad Supardi
Ramadhan adalah Bulan Kepedulian Sosial

Religi - - Kamis, 21/03/2024 - 09:48:18 WIB

BULAN Ramadhan adalah bulan yang agung, bulan yang dinanti-nantikan kehadirannya oleh setiap insan yang mengetahui apa-apa yang terkandung dalam bulan Ramadhan.

Bulan dimana setiap kebajikan dilipatgandakan berkali-kali lipat, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

“Sesungguhnya telah datang padamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. Padanya ada suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan”.

Oleh karena itulah, kehadiran bulan Ramadhan adalah sesuatu yang ditunggu- tunggu oleh Nabi dan para Sahabat pada masanya, dan tentu oleh seluruh umat Islam.

Namun demikian, setiap kali bulan Ramadhantiba, ternyata ada tiga sikap kaum muslimin dalam menghadapinya.

Pertama ialah yang bergembira de ngan datangnya bulan Ramadhan sebab dia menge- tahui bahwa bulan Ramadhan datang membawa rahmat dan berkah.

Sikap yang kedua adalah yang menggerutu dengan datangnya bulan Ramadhan sebab dia merasa kedatangan bulan Ramadhan akan menghambat hawa nafsu dan kepentingannya.

Ketiga adalah orang yang tidak peduli dengan datangnya bulan Ramadhan, baginya datang atau tidaknya bulan Ramadhan sama saja. Malahan, barangkali baginya datang atau tidaknya bulan Ramadhan, tidak akan memberikan nilai plus apa- apa terhadap dirinya.

Ibadah Puasa bulan Ramadhan secara sepintas kilas terlihat hanyalah berdimensi ritual dan universal. Disebut ritual dan universal. Sebab Ibadah Puasa Ramadhan adalah merupakan perintah Allah SWT yang bersifat pasti, telah ditentukan tata cara mengerjakannya dan bersifat umum.

Artinya adalah kewajiban puasa, bukan hanya diwajibkan kepada ummat Muhammad SAW saja, tetapi juga telah pernah diwajibkan kepada ummat-ummat sebelumnya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibakan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada ummat- ummat sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Baqarah : 183).

Perintah ini secara nyata menegaskan bahwa Ibadah Puasa Ramadhan adalah merupakan satu ibadah yang bersifat ritual dan universal.

Namun demikian, ibadah Puasa Ramadhan bukan hanya sebatas dimensi ritual dan universal, tetapi juga mengandung dimensi sosial dan kemanusiaan.

Sebab, orang yang melaksanakan Ibadah Puasa Ramadhan selama satu bulan penuh akan merasakan lapar dan dahaga sepanjang hari, sekalipun tersedia makanan yang lezat dan ter hidang di depan mata.

Namun makanan tersebut tidak boleh dimakan sebab akan membatalkan Ibadah Puasa Ramadhan itu sendiri. Dalam konteks ini, umat Islam bukan hanya diperintahkan bersimpati atas penderitaan orang miskin yang terkadang sehari makan sehari tidak, tetapi umat Islam diperintahkan merasakan langsung atau berempati atas penderitaan mereka.

Orang yang berpuasa selama satu bulan penuh akan senantiasa merasakan lapar yang tidak ter- hingga yang selama ini menjadi penderitaan dan kebiasaan fakir miskin.

Perasaan ini akan selalu bersemai dan tumbuh subur dalam diri orang yang berpuasa bulan Ramadhan. Bila perasaan ini tetap tumbuh dengan subur. Maka perasaan itu akan tertanam semakin mendalam dan akhirnya menimbulkan satu sikap keprihatinan umum dan solidaritas sosial yang sangat mendalam terhadap sesamanya yang tidak mampu,yang nota bene mereka itu adalah saudaranya sendiri dalam seiman dan seagama, sesuai firman Allah SWT:

“Sesungguhnya orang-or- ang yang beriman itu adalah bersaudara.”
Sikap kepedulian sosial tersebut akan lebih tumbuh lagi dengan kewajiban membayar zakat fitrah, yang diwajibakan terhadap seluruh kaum muslimin di akhir Ramadhan, menjelang terbit matahari 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri).

Zakat Fitrah tersebut diberikan secara ikhlas dan sukarela ter- hadap fakir miskin dengan tujuan sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW:
“Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah guna menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan serta perbuatan yang tidak baik, juga digunakan untuk kebutuhan makanan bagi fakir miskin.”

Selain itu, kita juga dianjurkan untuk membayar zakat maal pada bulan Ramadhan sekalipun wajib- nya bukan pada bulan Ramadhan sebab tergantung pada nishab dan haul, tetapi apabila dibayarkan pada bulan Ramadhan, maka pahalanya akan dilipatgandakan Allah SWT, bila dibandingkan dengan dibayar di luar bulan Ramadhan. Zakat maal ini juga diperuntukkan salah satu ashnafnya adalah fakir miskin.
itu mendekatkan orang pada kekafiran. ”Kufur nikmat bisa tumbuh subur karena kefakiran.

Kepedulian terhadap fakir miskin ini adalah sejalan dengan program Pemerintah di mana saja pun berada, khususnya dalam bidang Pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan keterbelakangan. Pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan keter- belakangan ini merupakan tugas utama dari sebuah pemerintahan dimana sajapun berada.

Oleh karena itu maka sebuah pemerintahan akan dinilai gagal manakala pemerintahan tersebut gagal dalam me- laksanakan program ini. Sebaliknya, sebuah peme- rintahan akan dinilai berhasil dalam melaksanakan roda pemerintahan, manakala berhasil dalam mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan, kebo- dohan dan keterbelakangan.

Semoga Ibadah Puasa Ramadhan yang kita laksanakan selama satu bulan penuh ini, akan men- jadi bibit penumbuh kesadaran utama dalam diri kita masing-masing, untuk selalu “peka” (sensitif) dan “peduli” (care) terhadap lingkungan sekitar, khususnya dalam membantu mengatasi kesulitan hidup para kaum fakir miskin yang berada dan hidup di lingkungan sekitar kita. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah saw yang pernah disampaikan pada satu kesempatan:

“Tidak sempurna iman seseorang yang tidur pulas dalam keadaan kekenyangan, sementara tetangganya tak bisa tidur karena kelaparan.”
Semoga kita dijauhi dari sikap zalim kepada tetangga dan sikap anti-sosial kepada sesama manusia.

Sebab, sikap demikian, pada gilirannya akan menumbuhsuburkan sikap sebaliknya: keresahan dan anarkis sosial. Gejala anarki sosial akan tumbuh pesat di tengah masyarakat kalau mereka merasa kehilangan hak-hak dasarnya sebagai warga negara.

Perasaan kehilangan itu diwujudkan dalam bentuk- bentuk yang paling ringan seperti protes sampai yang yang paling sadis seperti pembakaran dan pembunuhan.

Oleh karena itu, bila hak-hak dasar masyarakat tidak tersedia dengan baik, apalagi sampai hilang, masyarakat akan gelap mata, mengamuk, dan menghancurkan simbol-simbol yang memiskinkan mereka.

Mereka akan berjuang habisa-habisan demi mendapatkan haknya tersebut. Di sinilah, sebagai umat beragama, kita diwajibkan memiliki kesa- daran dan kepekaan sosial yang tinggi dengan me- ngeluarkan hak-hak fakir-miskin agar kehidupan men- jadi “damai.” Itulah spirit Islam yang diwujudkan dengan manis melalui puasa. Wallahu a’lam.

________
Penulis: Dr. H. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A.
(Kepala Biro AUAK IAIN Metro)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved