Minggu, 28 April 2024
Pelaku Pembunuhan Wanita Tanpa Busana di Kampar Ditangkap, Ini Motifnya | 1.500 CJH Riau Ikuti Launching Senam Haji dan Launching Batik Haji | Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis!
 
Religi
Petuah Ramadhan DR H Ahmad Supardi
Selamat Datang Ibadah Universal

Religi - - Senin, 11/03/2024 - 15:04:31 WIB

IBADAH puasa ramadhan bagi umat Islam adalah merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan, sebab perintah berpuasa adalah perintah yang bersifat pasti (qath’i) yang tidak dapat ditawar-tawar oleh siapa pun juga, dengan catatan telah memenuhi syarat dan rukunnya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu menjadi orang yang bertaqwa”. (Q.S.Al-Baqarah: 183).

Puasa Ibadah Universal Ibadah puasa adalah termasuk ibadah kuno yang bersifat universal sebab berdasarkan informasi yang disampaikan Al-Qur’an, ibadah ini telah diwajibkan kepada umat-umat sebelum umat Muhammad.

Sekalipun tak disebutkan sejak kapan dan oleh umat yang mana, namun diyakini bahwa seluruh umat telah melaksanakannya. Hal ini dibuktikan dengan berbagai catatan sejarah, yang menyebutkan bahwa bahwa hampir semua bangsa- bangsa yang ada di dunia melaksanakan apa yang disebut dengan berpuasa.

Hanya saja syarat, rukun, tujuan, waktu, niat dan tata caranya yang berbeda antara satu sama yang lain.


Berdasarkan kajian para ahli dan literatur ilmiah yang ditemukan, bahwa bangsa India, Cina, Mesir Kuno, Yunani, Yahudi, Romawi, Persia, Jawa Kuno, Arab Jahiliyah, Buddha, Hindu, dan termasuk dalam agama-agama yang dianut penduduk bumi, baik agama samawi maupun agama duniawi, masing-masing telah mengajarkan dan mengamalkan puasa pada hari atau bulan tertentu dalam setiap tahun.

Bukan hanya itu, puasa telah digunakan orang tertentu untuk berbagai kepentingan seperti kepentingan politik, dengan melakukan mogok makan selama beberapa hari tertentu, sampai dengan tuntutan keinginannya dipenuhi, bahkan ada yang menjahit mulutnya, sehingga tidak bisa makan dan minum.

Puasa juga telah digunakan orang untuk kepentingan menjaga kelangsingan tubuh, sebab dengan tidak makan dan minum akan dapat mempertahankan berat badan.

Puasa juga telah digunakan untuk kepentingan operasi, dengan tidak boleh makan dan minum dalam jangka waktu tertentu, sebelum dilaksanakannya operasi.

Puasa bukan hanya dilakukan oleh manusia, tetapi hewanpun melaksanakannya, dalam rangka kelangsungan dirinya. Seekor ulat melakukan puasa, sehingga dirinya berubah menjadi kepompong, kemudian berubah menjadi kupu-kupu yang sangat cantik dan mahal harganya jika diawetkan.

Karakteristik Puasa Ramadhan
Ibadah puasa ramadhan yang diwajibkan bagi umat Islam berbeda dengan puasa yang dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, termasuk pelaksanaan puasa untuk kepentingan tertentu, seperti kepentingan politik, kelangsingan tubuh, perubahan bentuk bagi hewan, dan lain sebagainya. Ibadah puasa ramadhan memiliki kekhasan tersendiri dalam pandangan agama Islam, sebagai berikut:

Pertama, dari segi waktu. Puasa hanya diwajibkan sebulan dalam setahun selama kurang lebih 13,5 jam dalam sehari semalam. Masa waktu demikian merupakan ambang batas kemampuan seseorang untuk melakukan puasa (menahan makan dan minum) pada umumnya. Karena hal tersebut sangat manusiawi.

Di luar itu, boleh makan, minum dan melakukan hubungan sex antara suami istri. Bandingkan dengan puasa ngembleng, bertapa sampai berhari-hari nonstop dan sebagainya.

Dapat dibayangkan jika orang disuruh bertapa atau berpuasa sehari-hari, apa yang akan terjadi? Badan bisa celaka, karena kekurangan makanan dan cairan. Makanya Islam melarang puasa secara terus menerus, sebab tidak baik untuk kesehatan.

Kedua, dari segi pantangan. Islam hanya melarang makan, minum, hubungan sex dan berbagai perbuatan jelek, haram, maksiat lainnnya. Bandingkan dengan puasa di luar ajaran Islam seperti puasa mutih, patigeni dan ngembleng, dimana pantangan dan cegahannya lebih banyak dan aneh- aneh, serta tidak masuk akal sehat.

Pantangan tersebut masih dalam batas kewajaran dan kesesuaian dengan kondisi fisik. Atas dasar itu, tidak wajib berpuasa bagi yang tidak mampu dan orang tua yang sudah uzur. Puasanya dapat diganti dengan membayar fidyah.

Ketiga, dari segi tujuan. Tujuan puasa adalah menjadi insan bertaqwa menuju insan kamil, bahkan kalau bisa menjadi malaikat yang berbentuk manusia. Bandingkan dengan puasa lain yang tujuannya untuk kesaktian, mahabbah, kesehatan, tubuh langsing dan sebagainya.

Kalaupun orang yang berpuasa mendapatkan kesehatan, tubuh langsing, dan sebagainya, itu adalah bonus ekstra sebagai dampak positif dari ibadah puasa itu. Namun yang utamanya adalah untuk mencapai derajat muttaqin, suatu derajat tertinggi di hadapan Allah SWT.

Keempat, cepat berbuka dan  mengakhirkan sahur. Diantara sunnah-sunnah puasa dalam Islam adalah menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.

Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu berat dan menyusahkan bagi pelakunya. Islam menghendaki kemudahan bagi pemeluknya, bukan menghendaki kesusahan. Islam menghendaki jalan keselamatan, bukan menghendaki jalan kesesatan.

Kelima, diwajibkan hanya bagi yang mampu, dengan kata lain tidak semua diwajibkan, yang tidak mampu boleh berbuka dengan mengganti atau membayar fidyah.

Orang sakit, orang dalam perjalanan dan bahkan ibu menyusui boleh tidak berpuasa tetapi wajib mengganti pada waktu lain. Sedangkan orang uzur atau tua bangka yang tak mampu berpuasa, boleh tidak berpuasa, dengan catatan membayar fidyah.

Keenam, dari segi manfaat dan hikmah, manfaat puasa dalam Islam adalah all in one artinya manfaat utama menjadikan diri manusia bertaqwa. Insya Allah akan didapat, sementara manfaat ekstra seperti kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, kesucian, terhapusnya dosa dan segudang manfaat lain yang kita peroleh.

Marhaban Ya Ramadhan

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa puasa ramadhan yang akan kita jalankan beberapa waktu ke depan adalah lebih manusiawi, bermanfaat, lengkap dan yang lebih penting mampu membuat kita menjadi insan yang keinginannya hanya kebaikan dan ketaatan, jauh dari mengikuti hawa nafsu, dan bahkan justru mengendalikan serta mengarahkan hawa nafsu.

Untuk itu, mari kita sambut bulan ramadhan ini dengan penuh suka cita, dengan memperbanyak amal sholeh, buat membakar dosa-dosa kita, sehingga begitu keluar dari ramadhan, dosa sudah terbakar habis, kembali jiwa kita suci bersih, bagaikan kertas putih tiada noda, dalam hadits digambarkan seperti seorang anak ketika hari dilahirkan oleh ibunya.
Wallahu a’lam. (*)
___________
Penulis: Dr. H. Ahmad Supardi Hasibuan, M.A.
(Kepala Biro AUAK IAIN Metro)






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved