Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Kesehatan
Luhut Sebut Varian Delta tak Terkendali, Pakar: Terlambat

Kesehatan - - Jumat, 16/07/2021 - 17:38:28 WIB

SULUHRIAU- Pengakuan terbaru Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, terkait kondisi Covid-19 di Indonesia, mendapat sorotan dari para epidemiolog. Pernyataan Luhut soal Covid-19 tak terkendali, dinilai terlambat.

Epidemiolog dari Unair, Laura Navika Yamani, mengatakan keterlambatan itu bermula saat pemerintah tidak melakukan pembatasan mobilisasi dengan baik. Sebaliknya, pemerintah dan Luhut, kata dia, lebih memilih untuk memperbanyak fasilitas kesehatan (faskes).

"Masalahnya, jika (faskes) ditambahkan, ini kan tetap butuh nakes. Pertanyaanya, siapa yang mau melakukan penanganan jika ada yang terpapar. Ya ini memang bisa dikatakan terlambat," katanya kepada dilansir Republika.co.id, Jumat (16/7/2021).

Menilik ke belakang, kata dia, kebijakan melakukan pengetatan tidak langsung diambil pemerintah saat ada kenaikan kasus. Lambat laun, pemerintah dinilainya malah melakukan PPKM Darurat baru-baru ini dengan kondisi yang sudah gawat.

"Jadi kalau sekarang diberlakukan (PPKM Darurat) harus betul-betul dilakukan. Saya melihat, mobilitas masyarakat ini masih ada," ujarnya.

Laura menambahkan, pemerintah sejak awal terkendala dengan data yang kurang transparan. Meski saat ini penambahan kasus harian dinilainya sangat masif, hal itu memang karena adanya penambahan testing yang juga lebih banyak. "Yang harus dilakukan pemerintah ya memaksimalkan kebijakan yang ada saat ini," jelasnya.

"Dan seharusnya Luhut tahu bagaimana dia seharusnya mengendalikan pandemi. Mulai dari menekan penularan," kata Pandu.

Dia melanjutkan, penambahan RS dilakukan pemerintah karena ada ketidakmampuan dalam menekan penularan. Dia juga mengatakan, ada beberapa faktor yang memang sangat telat ditangani Luhut.

"Ada tiga faktor yang sangat telat sekali. Pertama perilaku manusia yang abai prokes dan mobilitas masih tinggi, lalu kedua 3T yang kurang kuat, ketiga, karakteristik virus yang tidak bisa ditekan pemerintah," ujarnya.

"Jadi dia (Luhut) harus jujur, kepada masyarakat juga. Itu penyebab omongan dia berbeda dari hari sebelumnya," ucap Pandu.

Pandu mengingatkan, pandemi di Indonesia saat ini diibaratkan rumah dengan atap bocor. Tidak bisa hanya mengandalkan upaya minim dengan mengelap di dasar atau menampung air.

"Sebanyak apapun tampungannya, tidak akan mampu, harus betulkan atap itu, jadi harus dipaksakan. Secepatnya harus bergerak dari hulu," katanya.

Sebelumnya, pasca melakukan rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (12/7p/2021) lalu, Luhut mengatakan jika kondisi pandemi di Indonesia sudah sangat terkendali.

"Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali. Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya nanti saya tunjukin ke mukanya bahwa kita terkendali," ujar Luhut. (rol)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved