Kamis, 25 April 2024
Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024 | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop Publisher Rights Bersama Ketua Dewan Pers | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher | Cak Imin Nyatakan Kerja Sama dengan Prabowo di Pemerintahan Berikutnya | Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan Presiden-Wakil Presiden 2024-2029
 
Internasional
Perubahan Hagia Sophia Jadi Masjid Tuai Kritik Global, Erdogan Tak Peduli

Internasional - - Minggu, 12/07/2020 - 08:54:01 WIB

SULUHRIAU- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan teguh pendirian atas keputusaan untuk mengubah status Hagia Sophia dari sebuah museum menjadi masjid.

Ia juga menolak berbagai kritikan dan kecaman dunia internasional atas keputusannya tersebut.

Dalam sebuah upacara virtual yang ia hadiri pada Sabtu (11/7/2020), Erdogan mengatakan keputusan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid adalah hak kedaulatan Turki.

"Mereka yang tidak mengambil langkah melawan Islamophobia di negara mereka sendiri, menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," tekan Erdogan seperti dikutip Al Jazeera.

Hagia Sophia merupakan bangunan bersejarah yang telah dibangun sejak 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral Kristen Ortodoks. Hagia Sophia kemudian diubah menjadi masjid setelah Ottoman menaklukan Konstantinopel (sekarang Istanbul) pada 1453.

Pada 1934, pemerintah Turki yang sekuler menjadikan Hagia Sophia sebagai museum. Erdogan sendiri selama ini telah berulang kali menyampaikan niatnya untuk mengubah kembali Hagia Sophia menjadi masjid.

Pada 2018, ia membacakan ayat Al Quran di situs warisan dunia UNESCO tersebut. Hingga pada Jumat (10/7'2020), niatnya tersebut direalisasikan secara resmi. Erdogan mengumumkan Hagia Sophia dibuka kembali menjadi masjid dan terbuka untuk ibadah shalat umat muslim per 24 Juli.

Keputusan Erdogan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid sendiri sebenarnya banyak ditentang, khususnya oleh para sekutunya di NATO yaitu Amerika Serikat dan Rusia.

Yunani dengan cepat mengutuk langkah tersebut sebagai provokasi, sementara Prancis menyesalkannya. Dewan Gereja se-Dunia menulis kepada Erdogan untuk mengungkapkan "kesedihan dan kegelisahan" atas keputusan tersebut dan mendesaknya untuk membalikkan status Hagia Sophia.

Uskup Hilarion yang mengepalai departemen Gereja Ortodoks Rusia untuk hubungan gereja eksternal, juga menyatakan kesedihannya. "Ini merupakan pukulan bagi Kekristenan global. Bagi kami, (Hagia Sophia) tetap merupakan katedral yang didedikasikan bagi Juru Selamat," katanya kepada TV Rossiya24. (rmol,jan)






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved