Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Religi
Pesan Komunikasi Nabi Adam dan Iblis

Religi - - Minggu, 03/05/2020 - 10:47:16 WIB

SULUHRIAU- Sahabat yang mulia. Manusia adalah makhluk pilihan yang diberikan kelebihan dan kemuliaan oleh Allah SWT dari pada makhluk-makhluk lainnya (QS. Al-Isra 17:70).

Manusia diberi hati dan akal, untuk membedakannya dengan makhluk lainnya yang diciptakan Allah. Dan manusia pertama adalah Nabi Adam. Maka sepatutnya kita sebagai cucu-cucunya mengambil pelajaran darinya. Pada tulisan ini kita akan membahas Nabi Adam dan iblis dari sisi komunikasi.

Suatu ketika Allah mengatakan kepada Adam setelah Adam terperdaya dan percaya pada Iblis tentang makanan. Padahal apa yang dilakukan Adam dan istrinya Hawa kemudian adalah hal yang dilarang oleh Allah.

Allah berfirman, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: ‘Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?’” (QS Al-Araf 7:22).

Lalu keduanya (Adam dan Hawa) mengatakan bahwa, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-Araf 7:23). Ayat ini menjadi ayat yang sering dibaca umat Islam saat berdoa kepada Allah.

Pesan dari komunikasi Nabi Adam ini dapat kita maknai dengan, bahwa jika kita berbuat salah dan dosa maka kita harus mengakui kesalahan dan dosa itu. Baru selanjutnya kita memohon ampunan agar tidak menjadi orang yang merugi sekaligus memohon kasih sayang Allah. Ini keren betul.

Ciri orang baik memang biasanya mengaku salah dan memohon ampunan. Ia merasa bahwa bisa saja apa yang dilakukannya benar, dalam pandangan dirinya. Sementara itu, belum tentu dalam pandangan Allah.

Maka, sudah sepatutnya kita sebagai manusia selalu merasa salah dan berdosa di hadapan Allah sehingga kita banyak meminta ampunan dari Allah. Sebab Allah sangat suka dengan hal yang demikian.

Mari kita bandingkan dengan pesan komunikasi dari iblis yang terekam dalam Alquran. Allah berfirman, “apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah,” (QS Al-Araf 7:12).

Lalu ayat berikutnya adalah, Allah mengatakan, “turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk hamba-hamba yang hina,” (QS Al-Araf 7:13)

Pesan dari komunikasi iblis di atas, bisa kita maknai bahwa, iblis memang membangkang terhadap perintah Allah dengan tidak mau bersujud pada Adam. Ini yang pertama. Yang kedua, iblis merasa lebih baik dan lebih keren dari pada Adam. Dan ketiga, Allah tidak suka terhadap kesombongan hamba-hambaNya dan menjadikannya hamba itu hina.

Dengan demikian inilah perbedaan Nabi Adam dan iblis. Nabi Adam dengan kesalahan yang dilakukannya, ia mengaku bersalah lalu memohon ampunan dan rahmat Allah. Sementara iblis dengan kesalahan yang dilakukannya, ia merasa lebih baik dari Adam dan juga menyombongkan diri.

Pesan yang penting kita pelajari dari komunikasi Nabi Adam dan iblis adalah tentang respons atas kesalahan. Bagaimana pun sebagai manusia kita adalah tempat salah dan lupa. Dan yang terpenting setelah berbuat salah adalah bagaimana kita meresponsnya. Apakah kita mengakui kesalahan itu dan memohon ampunan dari Allah, atau kita merasa tidak bersalah dan merasa diri lebih baik.

Maka kita patut hati-hati dengan respons dalam diri kita saat menanggapi apa yang telah kita lakukan. Walaupun sepertinya kita tidak merasa bersalah, namun di hadapan Allah, seyogianya kita mengaku salah dan dosa. Sebab kita kerap kali luput tentang apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan ajaran Allah atau belum.

Dalam momentum yang spesial yaitu bulan Ramadhan ditambah dengan wabah corona atau Covid-19 ini, sejatinya kita harus banyak mengakui kesalahan dan dosa-dosa kita.

Seraya kita juga memohon ampunan dan memohon kasih sayang juga keberkahan di bulan Ramadhan serta lekas diangkat wabah Covid-19 dari bumi ini. Semoga Allah memperkenankan doa-doa kita. Al-Fatihah.

Oleh: Deden Mauli Darajat
(Penulis adalah dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Okezone.com)






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved