Sabtu, 27 April 2024
Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama
 
Ekbis
AS Cabut Label China sebagai Manipulator Mata Uang

Ekbis - - Selasa, 14/01/2020 - 16:35:20 WIB

SULUHRIAU- Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS), mengumumkan bahwa AS telah mencabut tuduhan China sebagai manipulator mata uang.

Keputusan ini diumumkan jelang kesepakatan dagang AS-China yang akan ditandatangani oleh perwakilan kedua negara, pada Rabu (15/1).

Sebelumnya pada Agustus 2019, pemerintahan Trump mencap China sebagai manipulator mata uang dan menuduh China mendevaluasi yuan untuk membuat ekspor lebih kompetitif. Menurut Departemen Keuangan AS, otoritas Cina telah membiarkan mata uangnya melemah dan mencapai titik terendahnya dalam 11 tahun terakhir, agar barang-barang China lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Departemen Keuangan AS telah menghapus label manipulator mata uang terhadap China dalam laporan mata uang tahunannya. Laporan ini sebelumnya telah ditunda selama tiga bulan oleh pemerintahan Trump hingga komitmen dengan China terhadap nilai mata uang bisa disepakati.

China berkomitmen transparansi mata uang

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada Senin (13/01) bahwa tuduhan manipulator mata uang terhadap China telah dicabut, menyusul perjanjian dagang tahap satu yang akan ditandatangani AS-China pada Rabu (15/01).

Mnuchin mengatakan China telah membuat komitmen untuk menahan diri dari devaluasi mata uang dan akan lebih transparan.

Meski telah dihapus dari daftar hitam, Departemen Keuangan AS akan tetap memantau secara ketat praktik mata uang China. Dilansir dari kantor berita Reuters, pada Senin (13/01), mata uang Yuan mencapai angka tertingginya selama lima bulan terakhir, menjelang penandatanganan kesepakatan dagang AS-China tahap satu.

Partai Demokrat mengkritik


Pada Senin (13/01), Pemimpin Minoritas Senat dari partai Demokrat Chuck Schumer mengkritik langkah Departemen Keuangan AS, dengan mengatakan pemerintahan Trump justru mengalami kemunduran dengan mencabut tuduhan itu.

"China adalah manipulator mata uang, itu fakta," ujar Schumer lewat pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh kantornya.

"Sayangnya, Presiden Trump lebih suka mengalah kepada Presiden Xi Jinping daripada tetap bersikap keras pada China."

Meskipun begitu, banyak pihak menilai tuduhan manipulasi mata uang yang dikeluarkan pemerintahan Trump pada bulan Agustus 2019 hanya sebagai langkah simbolis. Tuduhan itu harusnya menghasilkan kesepakatan antara AS-China yang biasanya berujung pada sanksi dagang, seperti yang selama ini telah dilakukan oleh AS selama perang dagang dengan China.

Sumber: (detik.com, reuters, AP, AFP)
Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved