Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Metropolis
Empat Kota dengan Kualitas Udara Terburuk karena Kabut Asap, Termasuk Pekanbaru

Metropolis - - Senin, 23/09/2019 - 12:09:06 WIB

SULUHRIAU- Kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan menyebabkan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan dan aktivitas masyarakat.

Bahkan, hingga pagi ini, ada beberapa kota dengan kualitas udara dalam kategori berbahaya.

Berdasarkan data AirVisual, Air Quality Index (AQI) atau Indek Kualitas Udara pada Senin, (23/9/2019), sekitar pukul 10.13 WIB, ada empat kota dengan kualitas udara kategori berbahaya.

Keempatnya, yakni Pelembang dengan AQI 413, Palangkaraya dengan AQI 346, Pekanbaru pada AQI 589, dan Jambi 365.

Sementara wilayah yang kualitas udaranya berada dalam kondisi sangat tidak sehat, yakni Talawi dengan AQI 291, pulau Punjung 268, Semurup 268, Siulak 268, Siulak Deras Mudik 268, dan Lubak Gadang dengan AQI 261.

AQI adalah indeks yang digunakan AirVisual untuk mengukur tingkat keparahan polusi udara. AQI dihitung berdasarkan pengukuran particular matter (PM) 2,5 dan PM 10, karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3).

Angka AQI 0-50 tergolong baik, 50-100 termasuk moderat. Sedangkan angka AQI 100-150 tidak sehat bagi kelompok orang yang sensitif, dan 150-200 masuk kategori tidak sehat. Sementara 200-300 sangat tidak sehat dan AQI 300-500, artinya kualitas udara di kota tersebut berbahaya.


Sementara berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pukul 08.00, kualitas udara di Palembang mencapai angka konsentrasi 632,06 mikrogram atau status berbahaya. Kondisi ini akibat kabut asap pekat di kota tersebut yang makin pekat, sehingga membuat warga tidak nyaman.

"Tentu sangat tidak nyama, udara jadi tidak sehat. Saya lihat kabut asap ini bukannya makin menipis, justru setiap harinya kian pekat," kata warga Kelurahan Silaberanti, Kecamatan Jakabaring Palembang, Ahmad Irsan.

Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD) Sumatera Selatan hingga Minggu, 22 September 2019, titik panas terpantau sebanyak 372 titik di lahan gambut. Titik api tersebar di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 149 titik dan Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 88 titik panas.

Editor: Jandri
Sumber: Viva.co.id








 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved