Jum'at, 29 Maret 2024
Menguak Misteri Lailatul Qadar | Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan
 
Sosial Budaya
Berita Ramadhan
Pengurus Masjid Jangan Bermental Pengemis dan Kikir

Sosial Budaya - - Senin, 06/05/2019 - 11:55:32 WIB

SULUHRIAU- Orang yang dipilih sebagai ketua dan bendahara masjid itu sebaiknya yang suka berpikir ala orang kaya dan suka memberi. Sebab dengan begitu, menurut Ketua Dewan Syuro Takmir Majid Jogokariyan M Jazir ASP, pikirannya adalah bagaimana agar dana yang terkumpul dari infaq/sodaqoh bisa segera disalurkan untuk segala kebaikan.

Sebab masjid tidak akan maju bila para pengurus, terlebih ketua dan bendaharanya, berpikir ala orang miskin. Mereka maunya menyimpan uang (infaq) saja tanpa sudi untuk segera membelanjakannya demi melayani jamaah.

Beberapa hari lalu M Jazir ASP mendapat penghargaan sebagai salah satu Tokoh Perubahan 2019 dari Republika. Sebagai takmir masjid dia dinilai menjalankan manajemen pengelolaan masjid secara kreatif dan inovatif. Ketika di masjid-masjid lain para pengurus lebih suka mematikan lampu dan mengunci pintu masjid setiap kali usai waktu shalat, Jazir justru sebaliknya. "Kecenderungan selama ini banyak orang dipilih menjadi pengurus masjid itu yang kikir-kikir," kata Jazir dilansir detikcom.

Mantan dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII Yogyakarta itu menunjukkan bahwa tagihan listrik yang membengkak diimbangi dengan pemasukan infaq dan sodaqoh dari para jamaah yang shalat. Tak cuma itu, Jazir juga pernah mencanangkan "Gerakan Menshalatkan Orang Hidup" agar warga bisa salat dan mau berjemaah ke masjid.

Selain itu, untuk kenyamanan para jamaah dia memperbaiki sistem keamanan. Bila di masjid lain mungkin ada jamaah yang takut kehilangan sandal atau sepatu, atau bahkan sepeda motornya, Jazir justru menyatakan bila hal seperti itu sampai terjadi di Jogokariyan maka pengurus akan mengganti barang-barang yang hilang dengan yang baru.

"Pengurus masjid harus mau dan berani mengambil risiko serta menunjukkan jiwa kerelawanan," ujar Jazir. Dia juga mencontohkan dirinya ikut ambil bagian membersihkan toilet masjid, misalnya.

Bangunan masjid, ia melanjutkan, sebetulnya tak perlu megah sebab yang penting adalah bagaimana memberi manfaat bagi warga sekitar. Kalau ada anak-anak muda yang ingin berwirausaha menjadi pedagang ini-itu, takmir masjid akan memberi bantuan modal dari dana infaq yang terhimpun.

Menjadi pengurus masjid itu, kata Jazir, sebaiknya selalu berpikir bagaimana bisa memberi bukan meminta. Masjid itu harus menghidupi, jangan menjadi beban. "Pengurus masjid jangan mata duitan," tegasnya.

Karena itu saat pertama kali menjadi ketua DKM pada 1999, dia menghapus daftar para donatur. Langkah itu ditempuh karena Jazir tidak ingin ada pengurus masjid yang datang ke rumah warga untuk meminta sumbangan.

"Itu memalukan, menjatuhkan citra masjid di mata masyarakat. Tidak boleh pengurus masjid itu terlihat seperti peminta-minta kepada siapapun," kata Jazir lantang.

Sumber: detik.com | Editor: Khairul







 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved