Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Internasional
Bela Pribumi Melayu, Rakyat Malaysia Turun ke Jalan dalam Aksi 812

Internasional - - Minggu, 09/12/2018 - 01:47:44 WIB

SULUHRIAU- Hari Sabtu, (8/12/2018, kelompok partai oposisi Malaysia, UMNO dan PAS mendukung langkah pemerintah Negeri Jiran menolak menyetujui dan meratifikasi konvensi antidiskriminasi PBB melalui unjuk rasa Aksi 812 yang dihadiri sekitar 50 ribu massa.

Mereka  menggelar Aksi 812 dalam rangka merayakan putusan pemerintah yang batal meratifikasi Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (ICERD). Aksi ini digelar sebagai bentuk kegembiraan atas tuntutan yang dipenuhi oleh pemerintah.

Sebelumnya, perintah Malaysia berniat untuk meratifikasi konvensi ICERD tersebut. Namun pihak oposisi yang dipimpin oleh Ahmad Zaid Hamidi dari partai UMNO, menolak ratifikasi tersebut karena khawatir berdampak pada hak istimewa mereka sebagai masyarakat pribumi.

Pemerintah pun akhirnya memutuskan membatalkan ratifikasi tersebut pada 23 November lalu. Namun, walaupun sudah dibatalkan, pihak oposisi tetap melakukan aksi sebagai bentuk merayakan keputusan pemerintah yang tak jadi meratifikasi konvensi.

Dalam pernyataannya, PM Malaysia, Dr Mahathir Mohamad mempertahankan keputusannya menolak Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Kaum (ICERD) untuk membantu orang Melayu dan Bumiputera (Pribumi Malaysia).

Perdana menteri mengatakan orang-orang Melayu harus diberi kesempatan untuk berhasil seperti ras lain di negara yang lebih maju di berbagai bidang.

“Kalau kita tidak beri kepada orang Melayu peluang yang lebih sikit dari kaum lain, kalau kita percaya bahwa kita harus beri apa pun secara sama, maka yang sudah mahir akan lebih berhasil dan yang tidak efisien akan menjadi mundur.

“Jika kami ingin mereka mengejar orang di depan mereka, mereka harus diberi lebih banyak ruang untuk sukses, jadi kami tidak bisa menerima ICERD.

“Ia tidak memberi hak kepada kita untuk membeda-bedakan layanan bagi etnis di Malaysia sebab mereka tidak berada di taraf yang sama … dan kita tidak akan pinda Konstitusi kita,” katanya disampaikan pada Himpunan Siswa, Alumni, dan Profesional Muda bersama Karnaval Putra 2018 di Universitas Teknologi Mara (UiTM) Sabtu malam, sebagaimana dikutip laman freemalaysiatoday.com.

Kantor Perdana Menteri sebelumnya dalam sebuah pernyataan mengatakan Putrajaya akan terus mempertahankan Konstitusi Federal di mana kontrak sosial disepakati oleh perwakilan dari semua ras selama pembentukan negara.

ICERD disetujui dalam Sidang Umum PBB tahun 1965, tetapi tidak diratifikasi Malaysia hingga kini karena pemimpin Melayu khawatir itu bertentangan Pasal 153 Konstitusi Federal yang merupakan dasar bagi kebijakan afirmatif untuk melindungi orang Melayu dan Bumiputera.

Dr Mahathir mengatakan, meskipun diberikan bantuan, orang Melayu harus menerima kenyataan mereka masih tertinggal dalam berbagai aspek di negara sendiri, dibandingkan bangsa lain yang datang ke Tanah Melayu sewaktu penjajahan Inggris.

“Ketika Inggris datang, mereka berpikir orang-orang di semenanjung itu tidak mau bekerja, mereka ingin membuka tambang dan ladang karet, sehingga mereka membawa orang asing dan Malaysia menjadi negara multiras.

“Kami tahu hari ini di negara multi-rasial ini, kami menemukan Bumiputera tertinggal di belakang, menjadi orang-orang pedesaan.

“Mereka menanam, menangkap ikan. Mereka miskin, tetapi ketika menawarkan harga yang bagus untuk tanah mereka, mereka bersedia menjual tanah dan bergerak lebih jauh dari kota, ” kata Mahathir.

Berbicara di depan lebih dari 3.000 mahasiswa UiTM, Dr Mahathir mengatakan orang Melayu memiliki kecerdasan yang sama dengan ras lain, tetapi yang membedakan mereka adalah usaha.

“Kami kompeten, kami pintar, kami baik, tetapi orang-orang kompeten jika mereka tidak bekerja, mereka tidak akan berhasil. Jika kita menyadari kita tertinggal, malu mengapa kita tertinggal di negara kita sendiri, maka kita akan berusaha untuk membuat diri kita sendiri.”

Dia membandingkan saat belajar di King Edward VII Medical College di Singapura, di mana hanya 7 dari 70 siswa yang Melayu.

“Saya salah satu yang terbaik, di antara 7 siswa Melayu, tetapi di antara 70 siswa lainnya, saya jauh tertinggal dibandingkan dengan anak-anak China dan India yang merupakan kelas dengan saya.

“Mereka mendapat 6-7A, saya hanya punya 3A. Ada juga pengganggu senior saya dan katakan pada saya untuk membungkus pakaian dan mengatakan itu tidak sebanding dengan dokter. ”

Karena itu, katanya, ia belajar keras untuk lulus dan menjadi dokter.

“Saya harus bekerja lebih keras daripada orang lain. Yang lain membaca sekali, jadi saya harus membaca 10 kali. Bahkan ketika saya menjawab kertas ujian, saya bisa melihat halaman dan gambar di buku,” ujarnya.

Aksi unjuk rasa itu diikuti sekitar 50 ribu orang, termasuk dihadiri  mantan PM Najib dan istri bergabung dengan para pengunjuk rasa dari Stasiun LRT Masjid Jami. Kedatangannya disambut meriah pengunjuk rasa.

Mantan PM Malaysia, Najib Razak beserta istri. Najib turut mengenakan baju koko berwarna putih yang menjadi simbol demonstrasi, dan songkok hitam. Sedangkan Rosmah mengenakan kerudung dan baju gamis putih, dipadukan selendang hitam.

Unjuk rasa itu juga dihadiri Ketua Partai Organisasi Nasional Persatuan Melayu (UMNO), Ahmad Zahid Hamidi, yang menggantikan Najib. Selain itu pemimpin Partai Islam Se-Malaysia (PAS) juga terlihat. Namun, Na





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved