Kamis, 25 April 2024
KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024 | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop Publisher Rights Bersama Ketua Dewan Pers | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher | Cak Imin Nyatakan Kerja Sama dengan Prabowo di Pemerintahan Berikutnya | Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan Presiden-Wakil Presiden 2024-2029 | Maju Pilgubri, Edy Natar Nasution Daftar di Partai Demokrat Riau
 
Politik
Setelah 'Sontoloyo', Jokowi Kini Perkenalkan 'Politik Genderuwo'

Politik - - Jumat, 09/11/2018 - 15:14:59 WIB
Presiden Jokowi [Foto VVC]
TERKAIT:

SULUHRIAU- Setelah heboh dengan istilah politikus sontoloyo, Presiden Joko Widodo, kini memperkenalkan 'jenis' politik yang lain. Jokowi menyebut ada model politik genderuwo. Apa yang dimaksud?

Jokowi menjelaskan, saat ini, banyak politikus yang memengaruhi. Tetapi, tidak memiliki etika dan sopan santun.

"Coba kita lihat, politik dengan propaganda menakutkan membuat kekhawatiran, propaganda ketakutan coba," kata Jokowi, saat acara pembagian sertifikat di Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11/2018).

Usai membuat khawatir, lanjutnya, maka politikus itu melakukan propaganda ketidakpastian. Masyarakat digiring ke sana, yang akhirnya membuat masyarakat ragu dan muncul ketakutan.

Pola politik menakut-nakuti seperti itu, menurut Jokowi, adalah cara genderuwo. Dalam pemahaman luas, genderuwo adalah hantu yang membuat masyarakat takut.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, genderuwo berarti hantu yang konon serupa manusia yang tinggi besar dan berbulu tebal.

"Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan, enggak benar kan? Itu yang sering saya sampaikan politik genderuwo. Nakut-nakuti," katanya.

Genderuwo juga disebut dengan istilah yang sama di beberapa daerah. Menurut Jokowi, itu artinya sama saja.

"Sing politik meden-medeni (yang politik menakut-nakuti). Jangan sampai seperti itu," katanya.

Padahal, lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, masyarakat di bawah justru tidak ada yang takut dan senang-senang saja.

"Masyarakat seneng-seneng semua kok, kok diweden-wedeni (ditakut-takuti)," lanjut Jokowi.

Dia berharap, politik genderuwo tidak dilakukan, karena hanya membuat masyarakat takut. Padahal, itu tidak benar sama sekali.

"Jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian, menciptakan munculnya keragu-raguan," katanya.

Sumber: viva.co.id | Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved