Kamis, 28 Maret 2024
303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan | Guru SD Ditemukan Membusuk di Desa Rimbo Panjang, Diduga Ini Penyebab Korban Meninggal
 
Pendidikan
Masalah Serius, KPAI akan Cek Langsung 56 Siswa Pekanbaru yang Gores Tangan

Pendidikan - - Jumat, 05/10/2018 - 07:30:29 WIB

SULUHRIAU- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akan mengecek langsung peristiwa 56 siswa SMP 18 Pekanbaru, Riau yang menggores tangan.

KPAI menilai persoalan tersebut serius dan langsung berkoordinasi dengan BPOM serta BNN.

"Namun karena BPOM telah menyatakan bahwa minuman yang dikonsumsi para siswa tersebut positif tidak mengandung NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) lainnya, maka KPAI perlu melakukan pendalaman atas penyebab kasus ini," jelas Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan Napza, Sitti Hikmawatty dalam keterangan Kamis (4/10/2018).

Pagi ini KPAI dijadwalkan mengunjungi SMP 18 Pekanbaru untuk mendalami kasus tersebut. KPAI juga sudah melakukan koordinasi dengan beberapa dinas terkait agar bisa bersama-sama mencari penyebab masalah dan solusinya.

"Jumlah 56 siswa pada kasus itu bukanlah hal yang sederhana, ini perlu pedalaman yang serius," kata Sitti.

Sitti menjelaskan, belajar dari pengalaman negara tetangga di Asia, ada beberapa tontonan dan bahkan lagu-lagu yang menstimulasi alam bawah sadar seseorang sehingga mereka bisa melakukan kegiatan yang disarankan ataupun dicontohkan oleh film dan lagu tersebut. Hal ini termasuk ajakan menyakiti diri sendiri sampai dengan bunuh diri.

"Ini sangat perlu diwaspadai, kalau benar penyebabnya adalah tontonan YouTube maka KPAI akan memberikan masukan-masukan pada kementerian terkait. Namun sebelum itu tentunya harus dilakukan dulu pendalaman pada para siswa yang melakukan aksi menyayat bagian anggota tubuhnya ini," tuturnya.

Melihat usia siswa yang menggores tangannya, KPAI juga mempertimbangkan masalah perubahan hormonal pada siswa. Selain itu, juga terkait dengan mekanisme pertahanan diri yang mungkin belum matang atau immatur.

"Ataupun kuatnya pengaruh lingkungan teman, pola asuh dalam keluarga, serta pengaruh Media sosial. Anak-anak ini sangat mudah untuk mencontoh (modelling) daripada dikuliahi/diberi nasihat. Karenanya pendekatan gurupun menjadi faktor yang sangat bermakna," ungkap Sitti.

Sebelumnya, Pihak SMP Negeri 18 Pekanbaru menyebutkan puluhan muridnya yang melakukan gores tangan tergolong berprestasi. Hal itulah yang membuat pihak sekolah kaget mengapa siswa yang nilainya di atas rata-rata itu melakukan aksi gores tangan.

"Dari awal kami razia, terdapat 55 anak-anak kami yang menggores tangannya. Dan kami sempat kaget, umumnya mereka anak-anak yang berpretasi, artinya mereka tidak tergolong yang kurang pintar," kata Kepsek SMP Negeri 18 Pekanbaru, Lily Deswita, Kamis (4/10/2018).

Sumber: detik.com | Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved