Jum'at, 26 April 2024
Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama | Sumringahnya Timnas Indonesia di Piala Asia U-23 2024 setelah Kalahka Korsel Melalui Adu Penalti | Polisi Gerebek Bandar Narkoba Kampung Dalam, Ada yang Mencebur ke Sungai dan Satu Orang Diamankan | Ketua LPTQ: Pekanbaru Berpeluang Besar Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau
 
Ekbis
Tambang Giok Longsor, Tewaskan 14 Orang Penambang

Ekbis - - Jumat, 04/05/2018 - 17:36:45 WIB

SULUHRIAU- Sebuah longsor terjadi di timbunan limbah tambang giok di Myanmar bagian utara. Nahas, sedikitnya 14 orang tewas dalam insiden ini.

Myanmar dikenal sebagai penghasil utama batu permata, yang seringkali dilanda insiden. Industri tambang giok di Myanmar kebanyakan tidak memiliki aturan hukum yang jelas.

Pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi telah berjanji untuk memperketat aturan pertambangan giok, setelah insiden longsor mematikan di Kachin yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (4/5/2018), insiden ini terjadi di sebuah tambang giok di desa Wai Hka, Kachin, pada Jumat (4/5/2018) pagi waktu setempat. Saat itu, para pekerja sedang mengeruk timbunan yang berisi limbah tambang, demi mendapat serpihan giok.

"Saya nyaris tidak selamat... Timbunan tanah runtuh dan menewaskan orang-orang," tutur salah satu penambang giok, Min Naung (30).

Kebanyakan tambang giok di Myanmar dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemimpin pemerintah junta militer sebelumnya, juga perusahaan-perusahaan China. Para pekerja tambang, yang kebanyakan pendatang dari berbagai wilayah di Myanmar, menghabiskan waktu berjam-jam di kondisi berbahaya untuk upah kecil.

"Untuk menjaga keselamatan nyawa dan mengurangi risiko longsor, perusahaan seharusnya mengikuti aturan hukum pertambangan saat menggali," sebut pejabat desa Wai Hka. Sebagian besar dari 50 ribu jiwa populasi desa ini bekerja di tambang giok.

Laporan kelompok advokasi lingkungan, Global Witness, menyebut nilai produksi giok di Myanmar mencapai angka US$ 31 miliar pada tahun 2014. Para pakar menyebut mayoritas hasil tambang giok diselundupkan ke wilayah China.

Sumber: detik.com | Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved