Jum'at, 29 Maret 2024
Safari Ramadhan, Komut Beri Apresiasi Kinerja PLN Icon Plus SBU Sumbagteng | 303 Akademisi Ajukan Amicus Curiae, Minta MK Adil di Sengketa Pilpres | Nekat Bobol Warung, Seorang Remaja Tertangkap Warga dan Diserahkan ke Polsek Siak Hulu | Koramil 02 Rambah Kodim 0313/KPR Rohul Berbagi Takjil pada Masyarakat | Tak Patut Ditiru, Viral Video Pungli Trotoar untuk Hindari Kemacetan | Nuzul Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
 
Pendidikan
Hampir Separuh Pekerjaan Manusia Terancam Digantikan Robot

Pendidikan - - Kamis, 26/04/2018 - 10:38:16 WIB

SULUHRIAU- Robot menggantikan pekerjaan manusia kini bukan lagi kisah fiksi ilmiah. Pada 2013, Carl Benedikt Frey dan Michael Osborne dari Universitas Oxford menyebut, 702 jenis pekerjaan di Amerika Serikat bisa digantikan oleh robot. Mereka berkesimpulan, 47 persen pekerjaan dalam satu atau dua dekade ke depan akan digantikan oleh mesin.

Dikutip dari The Economist, Rabu (25/4/2018), penelitian serupa juga dilakukan oleh The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). OECD menggunakan data survei keterampilan pada 2015 dan menemukan 14 persen pekerjaan di 32 negara sangat rentan pada otomatisasi. Kategori sangat rentan berarti robot memiliki peluang sebesar 70 persen untuk menggantikan manusia. Kemudian, 32 persen pekerjaan dalam kategori sedikit lebih aman dengan probabilitas sebesar 50 hingga 70 persen untuk digantikan robot. Dengan tingkat pekerjaan saat ini, artinya ada 210 juta pekerjaan terancam digantikan robot di 32 negara.

Persoalan itu ternyata tidak terjadi secara merata. Studi tersebut menemukan variasi di berbagai negara. Misalnya, pekerjaan di Slovakia dua kali lebih rentan dibandingkan di Norwegia. Secara umum, pekerja di negara-negara kaya tampak kurang berisiko dibandingkan mereka yang berpenghasilan menengah. Tetapi kesenjangan yang luas bahkan ada di antara negara-negara yang memiliki kekayaan serupa.

Perbedaan dalam struktur organisasi dan bauran industri masing-masing memiliki peran. Di Korea Selatan, misalnya, 30 persen pekerjaan berada di manufaktur, dibandingkan dengan 22 persen di Kanada. Kendati demikian, rata-rata, pekerjaan Korsel lebih sulit diotomatisasi daripada pekerjaan di Kanada. Hal ini karena perusahaan Korsel telah menemukan cara yang lebih baik untuk menggabungkan baik tugas rutin maupun sosial dan kreatif, yang tidak dapat dilakukan komputer atau robot.

Sumber: Republika.co.id | Editor: Jandri





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved