Kamis, 02 Mei 2024
Buruh Sampaikan Tingginya Harga Bahan Pokok Pemprov Riau: Aspirasi Kita Sampaikan hingga ke Pusat | Apel Pengamanan Gebyar BBI BBW dan Lancang Kuning Carnival, 1.525 Personel Gabungan Diturunkan | Empat Tersangka Kasus Senpi Ilegal Diringkus Polda Riau, 2 Calo dan 2 Pemilik | Terjadi Longsor di Kecamatan Tanah Merah Inhil, Banyak Rumah Warga Rusak | Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya Gelar Loka Karya Mini 2024 | Workshop Nasional SEVIMA dan Kemenag RI Dorong Peningkatan Kualitas Kampus Islam Swasta
 
Nasional
Dua Tahun Duet Jokowi-JK
Indef Sentil Jokowi, Belum Mampu Wujudkan Kemandirian Ekonomi

Nasional - - Kamis, 20/10/2016 - 12:39:25 WIB

JAKARTA, Suluhriau- Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai upaya menciptakan kemandirian ekonomi dalam dua tahun terakhir pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) tidak menunjukkan hasil berarti.

Padahal, kemandirian ekonomi merupakan salah satu bagian dari Nawacita yang digadang Jokowi saat masa kampanye Pemilihan Presiden 2014 silam.

Peneliti Indef Ahmad Heri Firdaus memaparkan, selama dua tahun terakhir ketergantungan Indonesia terhadap barang impor kian tinggi. Impor pangan strategis menunjukkan peningkatan yang semakin signifikan dalam dua tahun terakhir.

Sebagai contoh, sepanjang Januari-Juli tahun ini Jokowi sudah mengimpor beras senilai US$447,73 juta. Angka ini lebih tinggi dibandingkan nilai impor beras sepanjang tahun 2014 sebesar US$388,12 juta dan 2015 sebesar US$351,6 juta.

"Padahal, Indonesia merupakan negara agraris," kata Ahmad dalam paparannya di kantor Indef, Kamis (20/10/2016).

Dari sisi ketahanan pangan, peringkat Indonesia masih kalah dari negara tetangga di kawasan ASEAN. Dari 113 negara yang diukur dalam Global Food Security Index 2016, Indonesia duduk di peringkat 71, di bawah Malaysia (35), Thailand (51), dan Vietnam (57).

Kemudian di sektor energi, kemandirian Indonesia juga belum tercermin. Volume impor migas Januari-September secara tahunan menunjukkan peningkatan sebesar 32,17 persen.

"Ini miris, Indonesia negara penghasil energi tetapi impor energi yang sudah final," ujarnya.

Selain ketergantungan terhadap impor pangan dan energi, Indonesia kian diserbu oleh produk industri negara lain. Hal ini tercermin dari melonjaknya impor barang konsumsi yang secara tahunan meningkat 12,8 persen sepanjang Januari-September tahun ini.

Upaya penciptaan kemandirian ekonomi juga tidak didukung oleh sektor industri dalam negeri yang mengalami kontraksi.

Industri domestik cenderung mengalami perlambatan yang ditandai oleh daya serap impor bahan baku dan barang modal yang menurun sepanjang 2016. Berdasarkan data BPS, impor bahan baku sepanjang Januari-September turun 9,8 persen (year on year/yoy) sementara impor barang modal turun 12,6 persen.

Melambatnya industri domestik juga terkonfirmasi oleh ekspor dari berbagai sektor (termasuk industri) yang kian merosot. Sepanjang Januari-September, BPS mencatat ekpor Indonesia turun 9,41 persen (yoy). Ekspor nonmigas turun 6,09 persen dan ekspor migas anjlok 32,66 persen (yoy).

Penurunan kinerja industri dalam negeri juga tercermin dari berkurangnya jumlah perusahaan industri, terutama industri kecil. Tahun ini, jumlah pelaku industri kecil menyusut dari 284.501 pelaku industri menjadi 283.022 pelaku industru.

Lebih lanjut, derasnya aliran impor barang konsumsi dan melemahnya daya saing industri domestik salah satunya disebabkan oleh minimnya kebijakan pengamanan pasar domestik yang tercermin dari kuantitas hambatan non tarif atau Non Tariffs Measures (NTMs).

Jika dibandingkan dengan kebijakan NTM Amerika Serikat (AS) atau China, Indonesia jauh lebih sedikit dengan hanya memiliki 272 jenis NTM, sementara AS dan China masing-masing sebanyak 4.780 dan 2.194 NTM.

Sumber: CNN Indonesia





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved