Jum'at, 26 April 2024
Polisi Gerebek Bandar Narkoba Kampung Dalam, Ada yang Mencebur ke Sungai dan Satu Orang Diamankan | Ketua LPTQ: Pekanbaru Berpeluang Besar Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Tingkat Provinsi Riau | Tak Kantongi Izin, Disperindag Pekanbaru Segel Dua Gudang di Komplek Pergudangan Avian | laku Pencabul Bocah Hingga Hamil dan Melahirkan Ditangkap Polsek Siak Hulu | Lagi, Satnarkoba Polres Kampar Tangkap Pelaku Narkoba di Kebun Sawit Desa Kualu | KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024
 
Politik
Pasca Penutupan Pendaftaran Independen,
"Ahok Bisa Saja Berakhir Tragis dan Gigit Jari"

Politik - - Jumat, 12/08/2016 - 16:14:27 WIB

JAKARTA, Suluhriau- Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai tiga partai politik yang kini mendukung bakal calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bisa sewaktu-waktu meninggalkan pria yang karib disapa Ahok itu.

Diantara tiga partai pendukung Ahok yakni Golkar, Hanura, dan Nasdem, Ubedilah menyebut Golkar lah yang paling berpotensi meninggalkan Ahok karena kader internal partai yang tidak satu suara.

"Golkar itu cara berpolitiknya cenderung pragmatis dan akomodatif. Jadi begitu trennya PDI Perjuangan berhasil mencalonkan Risma (Tri Rismaharini), misalnya, Golkar akan menimbang-nimbang untuk meninggalkan Ahok," tutur Ubed, sapaan karib Ubedilah, dilansir Inilah.com, Jumat (12/8/2016).

Menurut dia, kemungkinan partai politik meninggalkan Ahok sangat besar karena mantan bupati Belitung Timur itu memiliki kelemahan yakni arogansi personal dan dinamika politik yang terlalu "liar".

Ahok yang sebelumnya merupakan kader Partai Gerindra, memutuskan keluar dari partai tersebut pada 2014 karena perbedaan pendapat tentang RUU Pilkada.

Ahok pun kembali "meninggalkan" relawan Teman Ahok, saat memutuskan maju dalam Pilkada DKI 2017 melalui jalur partai. Padahal, gerakan relawan tersebut telah berhasil memperoleh satu juta KTP dukungan agar Ahok bisa maju secara independen.

Dengan dua preseden buruk tersebut, PDI-P yang semula membuka peluang untuk mendukung Ahok, kini terkesan menjauh dari mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu.

Terlebih, setelah Ahok menolak undangan pendaftaran calon gubernur DKI oleh PDI-P, sesuai mekanisme internal partai berlambang banteng.

Menurut Ubed, sepak terjang Ahok yang terkesan melecehkan partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi, akan berakibat buruk pada pencalonannya sebagai gubernur DKI Jakarta.

"Ahok akan (berakhir) tragis dan 'gigit jari'. Itu buah dari komunikasi politik yang dia bangun," tutur Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia itu.

Sementara itu, partai Golkar, Hanura, dan Nasdem menegaskan akan tetap kompak/solid karena dukungan yang diberikan untuk Ahok telah diputuskan melalui kajian yang matang. (inl)





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved