Sabtu, 27 April 2024
Sambut Tokoh-tokoh Kampar di Pekanbaru, Pj Bupati Dukung Bagholek Godang Masyarakat Kampar | Polsek Tambang Tangkap Pelaku Narkoba di Depan SPBU Rimbo Panjang | Mantan Bupati Inhil Indra Muchlis Adnan Meninggal Dunia, Pj Gubri Sampaikan Ucapan Duka | Kapolda Riau M Iqbal: Jangan Ada Lagi Diksi Kampung Narkoba di Pekanbaru, Sikat Habis! | Peringatan 78 Tahun TNI AU Masyarakat Riau akan Disuguhi Aneka Atraksi di Lanud Roesmin Nurjadin | SULUHRIAU, Pekanbaru – Ribuan pendaftar calon anggota Polri dari 12 kabupaten/kota memenyhi halama
 
Ekbis
Berpeluang Penyuplai Terbesar Minyak Sawit, Ini Tantangan...

Ekbis - - Rabu, 25/05/2016 - 10:41:31 WIB

JAMBI, Suluhriau- Community Outreach and Engagement Manager Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Imam A. El Marzuq mengatakan, Indonesia berpeluang menjadi penyuplai kelapa sawit terbesar di dunia. Sebab, secara statistik Indonesia memiliki jumlah petani terbesar yang menggantungkan hidup di sektor perkebunan kelapa sawit.

"Dalam skala global,  Indonesia menjadi terbesar dengan total lahan 3,6 juta hektar kelapa sawit," kata Imam di Hotel Abadi, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Selasa, 24 Mei 2016.

Pada 2020, kebutuhan minyak nabati global mencapai 236 juta ton. Peluang ini, kata Imam bisa dimanfaatkan Indonesia sebagai penyuplai ke pasar dunia. Oleh sebab itu, kata dia, Indonesia perlu memikirkan cara membangun industri sawit yang berkelanjutan, yang sesuai dengan hukum yang berlaku dan layak untuk lingkungan.  RSPO, tutur dia, memiliki kontribusi membangun industri kelapa sawit yang bertanggung jawab.

Imam memaparkan, ada beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia, mulai dari penanaman hingga kelembagaan petani. Ia mencontohkan, saat ini banyak petani masih menggunakan pupuk tidak bersertifikat. Hasilnya produktivitas tidak optimum. "Bibitnya saja sudah tidak baik, dan tingkat teknologi yang diaplikasikan masih jauh dari P&C," kata dia.

Selain itu, Imam menilai dokumentasi petani swadaya masih sangat terbatas dalam pencatatan. Berbeda dengan petani plasma yang bermitra dengan perusahaan yang lebih tertata. “Kelembagaan petani juga masih belum ada,” kata dia.

Imam mengatakan kelompok petani pun memiliki persoalan pendanaan dalam pembentukan dan operasional kelompok, serta perbaikan kebun dan dana sertifikasi. Ia pun menilai ketersediaan pabrik pengolah tandan buah segar sawit (TBS) bersertifikat bakal jadi tantangan petani swadaya sawit di Indonesia.

Hal lain yang perlu di perhatikan, lanjut Imam, adalah mengubah pola pikir menjadi petani bersertifikasi. "Mungkin karena sudah nyaman dengan kebiasaan lama," kata dia. Padahal secara global, kata Imam, terdapat 166 ribu petani sawit tersertifikasi dan 520 ribu hektare perkebunan kelapa sawit yang juga sudah tersertifikasi.

Sumber: tempo.co|Editor: Jandri






 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved