Rabu, 24 April 2024
KPU Provinsi Riau Buka Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubri-Wagubri 2024 | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop Publisher Rights Bersama Ketua Dewan Pers | Rangkaian HUT ke-7 Tahun, SMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher | Cak Imin Nyatakan Kerja Sama dengan Prabowo di Pemerintahan Berikutnya | Prabowo-Gibran Resmi Ditetapkan Presiden-Wakil Presiden 2024-2029 | Maju Pilgubri, Edy Natar Nasution Daftar di Partai Demokrat Riau
 
Religi
Berani Karena Takut Allah SWT

Religi - AZ - Minggu, 01/05/2016 - 16:46:37 WIB

Suluhriau- Dalam kitab Taqarrub ila-llaah karangan Fauziy Sanqarth, terdapat pernyataan seorang pemimpin Islam ketika menggambarkan kader-kadernya. "Sebaik-baik pemuda," kata pemimpin itu, "adalah yang bersikap sebagai orang tua, bisa memejamkan mata dari kejahatan; berat langkah kakinya menuju kebatilan; demi beribadah ia khusyuk dan betah begadang semalaman. Sungguh Allah melihat mereka pada malam hari ketika punggung-punggung mereka condong kepada juz Alquran."

"Setiap kali salah seorang dari mereka membaca ayat tentang surga," lanjut pemimpin itu, "mereka menangis karena rindu kepadanya. Ketika membaca ayat tentang neraka, mereka benar-benar histeris seakan-akan bencana neraka jahanam itu ada di antara kedua telinga mereka."

Takut kepada Allah adalah lebih utama dibanding takut kepada makhluk-Nya. "Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman," kata Allah dalam QS Ali Imron: 175. "Karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takutlah kepada-Ku." (QS al-Maidah [5]:44).

Sudah selayaknya kita menempatkan rasa takut kepada Allah di atas segalanya. Dalam kondisi seperti sekarang ini, ketika hukum tidak maksimal dijadikan instrumen untuk mengendalikan kehidupan sosial, kita harus berani mengoreksi penguasa untuk menempatkan hukum sebagai corong penegak keadilan.

Apa jadinya bila hukum ibarat ular tanpa bisa? Manusia akan mudah menginjaknya dan tak pernah takut pada hukum. Bila ini terus dibiarkan, kekacauan demi kekacauan akan senantiasa hadir dalam kehidupan kita, dan pada gilirannya kita tak ubahnya bangsa Barbar yang selalu dicatat dalam ingatan sebagai bangsa penghancur kebudayaan dan kemanusiaan. Naudzu billahi mindzalik!

Salah seorang murid al-Izzu bin Abdis Salam bertanya kepada Said bin Amir ketika ia menasihati seorang penguasa, "Apakah engkau tidak takut kepadanya?" Dia menjawab, "Demi Allah wahai anakku, aku telah menghadirkan kehebatan Allah SWT dalam diriku sehingga sultan itu di hadapanku seperti seekor kucing."

Semoga kita hanya merasa takut kepada Allah. Indikatornya adalah kita takut melakukan maksiat karena dengan menghindari maksiat berarti kita terus-menerus mewujudkan rasa takut kepada-Nya. Wallahu a'lam bish- shawaab.

Sumber: republika.co.id





 
 
 
Home | Daerah | Nasional | Internasional | Hukrim | Gaya Hidup | Politik | Sport | Pendidikan | Metropolis | Sosial Budaya | Kesehatan | Ekbis
Religi | Kupas Berita |Tokoh | Profil | Opini | Perda | DPRD Kota Pekanbaru | Tanjung Pinang-Kepri | Indeks
Pedoman Media Siber | Kode Etik Internal Perusahaan Pers |Redaksi
Copyright 2012-2021 SULUH RIAU , All Rights Reserved